Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Biawak, sebuah destinasi wisata bahari yang terletak di Laut Jawa, merupakan salah satu surga tersembunyi yang dimiliki Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Dilansir dari Unpad Press, pulau ini merupakan bagian dari kawasan konservasi laut yang diresmikan berdasarkan SK Bupati Indramayu No. 556/Kep.528 Diskanla/2004. Kawasan ini terdiri dari tiga pulau kecil, yakni Pulau Biawak (atau Pulau Rakit), Pulau Gosong, dan Pulau Candikian.
Dikenal sebagai kawasan konservasi laut, Pulau Biawak menawarkan pesona alam yang masih sangat alami dan eksotis, sehingga banyak wisatawan tertarik untuk menjelajahi pulau ini. Pulau Biawak tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang memukau, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata yang unik dan berkesan.
Sejarah dan Daya Tarik Pulau Biawak
Pulau Biawak memiliki sejarah yang menarik, termasuk keberadaan sebuah mercusuar yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1872. Mercusuar ini, dengan tinggi sekitar 65 meter atau setara dengan 16 lantai, masih berdiri kokoh hingga saat ini dan berfungsi sebagai pemandu lalu lintas kapal yang melintas di kawasan tersebut.
Dikutip dari indramayukab.go.id, nama Pulau Biawak sendiri diambil dari satwa biawak (Varanus salvator) yang banyak berkeliaran di pulau ini. Satwa unik ini hidup di habitat air asin dan sering terlihat berenang di sekitar pantai, terutama menjelang matahari terbenam. Ukuran biawak yang ditemukan di pulau ini bervariasi, mulai dari 20 cm hingga 1,5 meter.
Selain mercusuar dan satwa biawak, Pulau Biawak juga memiliki keindahan bawah laut yang memesona. Air laut yang jernih di sekitar pulau ini memungkinkan wisatawan menikmati keindahan terumbu karang yang masih alami dan aneka ikan hias yang berenang di sekitarnya. Aktivitas snorkeling dan diving menjadi pilihan populer bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi keindahan bawah laut Pulau Biawak.
Selain wisata alam, Pulau Biawak juga menawarkan wisata sejarah dan ziarah. Di pulau ini terdapat makam Syekh Imam, seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Indramayu. Selain itu, terdapat pula makam Z.M. Willem III, seorang bangsa Belanda yang pertama kali datang ke Pulau Biawak dan membangun mercusuar di sana.
Lokasi dan Akses Menuju Pulau Biawak
Pulau Biawak secara administratif berada di wilayah Kecamatan Indramayu, dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pantai utara Tirtamaya Indramayu, atau sekitar 28 mil laut. Untuk mencapai Pulau Biawak, wisatawan harus menggunakan perahu atau kapal dari beberapa titik keberangkatan, seperti dari dermaga Karangsong atau Brondong.
Pemerintah Kabupaten Indramayu menyediakan dua kapal bantuan dari Pemprov Jawa Barat dengan kapasitas masing-masing 30 orang dan 10 orang, yang hanya beroperasi setiap akhir pekan dengan tarif sekitar Rp 290 ribu per orang. Alternatif lainnya adalah menyewa perahu motor nelayan dengan biaya sekitar Rp 2 juta untuk sepuluh orang.
Waktu tempuh menggunakan kapal milik pemerintah daerah hanya sekitar 1 hingga 1,5 jam, sedangkan menggunakan perahu nelayan membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Meskipun perjalanan laut ini memakan waktu cukup lama, keindahan alam yang menanti di Pulau Biawak akan membuat setiap menit perjalanan terbayar lunas.
Pulau Biawak adalah destinasi wisata bahari yang menawarkan keindahan alam, sejarah, dan pengalaman unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Dari mercusuar peninggalan Belanda hingga kehidupan satwa biawak yang eksotis, setiap sudut pulau ini menyuguhkan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Pilihan Editor: Menara 150 Tahun di Pulau Biawak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini