Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Jawa Tengah, Setyoajie P., membeberkan potensi gempa di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Menurutnya, ada satu sesar aktif yang dekat wilayah Banyumas, yaitu Sesar Ajibarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Potensi gempa yang terjadi hingga 6,6 magnitudo,” ujarnya dalam acara webinar bertajuk 'Menguak Jejak Megatrust dan Sesar Aktif di Banyumas Raya', Selasa, 20 April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia terdapat 295 sesar aktif. Tujuh di antaranya terletak di Jawa Tengah, yaitu Baribis, Kendheng, Ajibarang, Merapi Merbabu, Muria, Pati/ Lasem, Ungaran 1 dan Ungaran 2.
Pria yang akrab disapa Aji itu menjelaskan bahwa ada zona seismic gap di wilayah Banyumas. Zona tersebut merupakan zona relatif aktif secara teknonik, namun jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Aji menerangkan, berdasarkan data gempa 2008-2021, memang Banyumas tercatat tidak terlalu banyak gempa terjadi dibandingkan wilayah lain, Sumatera misalnya. “Ini karena karakteristik itu relatif sedikit, gempanya kecil dan dangkal,” kata Aji.
Namun, pada periode tersebut terdapat loncatan aktivitas kegempaan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya dalam lima tahun terakhir, dan potensi kejadian gempa bumi cenderung meningkat.
“Hal ini mendorong BMKG membuat rekomendasi ke pemda agar upaya mitigasi perlu segera ditingkatkan,” tutur Aji.
Sebagai informasi, Aji menambahkan, ada beberapa gempa besar yang mengguncang Banyumas dan sekitarnya. Pada 13 Agustus 1863 terjadi gempa dengan VI skala mercalli atau MMI—satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi—yang merusak pabrik gula.
Pada 27 Maret 1871 juga gempa berkekuatan VI MMI mengguncang Banyumas. Pada 14 Februari 1976 episenter di Purwokerto dengan kekuatan M 5,6, yang dirasakan di Ajibarang, Kedungbanteng, Tegal, Brebes, Pekalongan, Magelang, dan Semarang.
Selain itu gempa yang terjadi pada 20 Januari 2014 episenter di Kebumen berkekuatan M 6,5 yang merusak 125 rumah di Banyuwangi. “Itu empat gempa paling merusak Banyumas dan sekitarnya,” kata Aji.
Sedangkan sejarah terjadinya tsunaminya sekitar 600 tahun lalu di selatan Jawa dan DIY Yogyakarta. Gelombangnya, kata Aji, lebih tinggi dibanding tsunami yang terjadi di Pangandaran pada 2006. Tsunami terjadi lagi pada 4 Januari 1840, berlanjut pada 20 Oktober 1859, 11 September 1921, dan 17 Juni 2006.
“Di sisi selatan Jawa merupakan zona subduksi. Hal ini merupakan bukti bahwasanya selatan Jawa Tengah rawan gempa dan tsunami,” tutur Aji.
Baca:
Sel Dendritik dan Vaksin Nusantara, Ahli Patologi: Bisa Disuntik Seumur Hidup