Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menilai aktivitas vulkanik Gunung Marapi di Sumatra Barat masih menunjukkan dinamika yang fluktuatif meskipun mengalami sedikit penurunan dalam beberapa pekan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Aktivitas yang tercatat cenderung menurun sejak status Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada) pada 1 Desember 2024 pukul 15.00 WIB lalu," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangannya yang diterima Tempo, Senin, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data pemantauan 15-28 Februari 2025 menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa embusan dengan total 126 kali kejadian. Selain itu, dalam periode yang sama tercatat 5 kali gempa letusan, 7 kali gempa vulkanik dangkal, 18 kali gempa vulkanik dalam, serta 54 gempa tektonik, baik lokal maupun jauh. “Kami mencatat ada tremor menerus masih terdeteksi dengan amplitudo dominan 10 mm,” katanya.
Menurutnya, meski terjadi penurunan dalam beberapa jenis gempa, analisis variasi kecepatan seismik mengindikasikan bahwa tekanan di tubuh gunung masih tinggi dan kondisi medium belum stabil. Energi seismik yang sempat turun ke baseline pada 21 Februari kembali mengalami kenaikan menjelang akhir bulan.
"Pemantauan visual menunjukkan bahwa aktivitas erupsi dan embusan masih terjadi, dengan tinggi kolom maksimum 700 meter di atas puncak. Tidak ada peningkatan signifikan dalam tinggi kolom letusan maupun asap embusan," katanya.
Selain itu, kata Wafiq, instrumen pemantauan tiltmeter di Stasiun Batu Palano, Kabupaten Agam, juga mencatat adanya fluktuasi deflasi atau pengempisan dengan kemiringan yang kecil. Secara jangka panjang, tubuh gunung memperlihatkan kecenderungan deflasi, yang mengindikasikan adanya pelepasan tekanan dari dalam.
"Di sisi lain, pemantauan gas SO menggunakan satelit Sentinel menunjukkan peningkatan laju emisi sejak 21 Februari, meskipun masih tergolong rendah. Terakhir, pada 27 Februari, emisi SO tercatat sebesar 110 ton per hari," katanya.;
Meskipun terjadi penurunan aktivitas vulkanik, Wafiq mengingatkan kondisi Gunung Marapi masih berfluktuasi dan belum menunjukkan tren penurunan yang konsisten dalam jangka panjang. “Potensi letusan masih ada dan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai respons terhadap tekanan yang terus terakumulasi,” demikian pernyataan resmi dari tim pemantauan.
Jika letusan terjadi, potensi bahaya diperkirakan masih terbatas dalam radius 3 kilometer dari Kawah Verbeek, pusat aktivitas Marapi. "Warga di sekitar kawasan direkomendasikan untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari otoritas setempat," katanya.