Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Angin Puting Beliung Terjang Beberapa Daerah, Apa Penyebabnya?

Angin puting beliung menerjang beberapa wilayah Indonesia belakangan. Apa penyebab terjadinya?

20 Maret 2025 | 19.45 WIB

Ilustrasi Angin Puting Beliung (ANTARA FOTO/HO-BMKG)
Perbesar
Ilustrasi Angin Puting Beliung (ANTARA FOTO/HO-BMKG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Angin puting beliung melanda beberapa wilayah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam mendeteksi fenomena ini terjadi di sejumlah daerah di Kepulauan Riau pada Senin, 17 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prakirawan BMKG Hang Nadim Batam, Ibnu Susilo, mengonfirmasi bahwa angin puting beliung terjadi di Kota Batam, khususnya di Kecamatan Sekupang, Tiban, Batu Aji, dan sekitarnya. “Untuk saat ini (puting beliung) di wilayah Sekupang, Batu Aji dan sekitarnya, sedang terjadi hujan dan juga terdapat tutupan awan CB (kumulonimbus) ini yang menyebabkan angin kencang di sekitar wilayah tersebut,” kata Ibnu, dikutip dari Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sementara itu, pada Ahad, 16 Maret 2025, Kabupaten Indramayu juga diterjang angin puting beliung. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, melaporkan bahwa bencana ini menyebabkan kerusakan pada 173 rumah warga. 

Selain itu, beberapa bangunan lainnya turut terdampak, sehingga total bangunan yang mengalami kerusakan mencapai 184 unit.

Di Aceh, BPBD Kabupaten Aceh Barat mencatat delapan rumah warga di Desa Pasar Aceh, Meulaboh, mengalami kerusakan parah pada bagian atap setelah diterjang angin puting beliung pada Selasa malam.

“Tidak ada warga yang menjadi korban dalam insiden ini, namun sebagian besar atap rumah warga rusak akibat diterbangkan angin,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat, Teuku Ronal di Aceh Barat, Senin.

Penyebab Angin Puting Beliung

Fenomena angin puting beliung yang merupakan bagian dari bencana hidrometeorologis, cenderung meningkat selama masa peralihan musim atau pancaroba. Dilansir dari penanggulanganbencana.denpasarkota.go.id, angin ini terjadi akibat pertemuan antara massa udara panas dan dingin, yang kemudian berinteraksi hingga membentuk pusaran angin puting beliung.  

Saat musim hujan, angin puting beliung biasanya disebabkan oleh pertumbuhan awan Cumulonimbus yang berkembang secara tiba-tiba dan membawa uap air dalam jumlah besar. Ketika awan ini semakin menebal, ia melepaskan hujan deras disertai pusaran angin yang membentuk puting beliung.  

Di sisi lain, pada musim kemarau, angin puting beliung umumnya dipicu oleh adanya pusat tekanan rendah di suatu wilayah. Kejadian ini lebih sering terjadi di area terbuka seperti permukiman dan perkebunan, terutama ketika daerah tersebut menerima paparan sinar matahari dalam intensitas tinggi. Semakin panas suhu di suatu tempat, semakin besar kemungkinan terbentuknya angin puting beliung.  

Selain faktor meteorologis, aspek sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko puting beliung. Minimnya vegetasi di suatu wilayah dapat meningkatkan potensi terjadinya fenomena ini, karena tidak adanya tumbuhan yang berfungsi sebagai pengatur suhu dan penahan angin. Selain itu, pemanasan global turut memperburuk kondisi atmosfer, sehingga memperbesar peluang terjadinya puting beliung.

Proses terjadinya angin puting beliung

Angin puting beliung umumnya terjadi saat peralihan musim atau pancaroba, terutama pada siang atau sore hari. Proses terbentuknya fenomena ini berkaitan erat dengan perkembangan awan Cumulonimbus (CB).  

Pada tahap awal pertumbuhan awan CB, terdapat arus udara naik dengan tekanan sangat kuat di dalamnya. Pada fase ini, hujan belum turun karena titik-titik air dan kristal es masih tertahan oleh arus udara yang mengarah ke puncak awan.  

Ketika memasuki fase dewasa, terjadi perbedaan suhu yang signifikan antara permukaan bumi dan lapisan atmosfer atas. Kondisi ini diperparah oleh arus udara yang sangat kuat dari permukaan menuju pusat awan CB, biasanya disertai dengan perubahan arah angin antara lapisan bawah dan atas atmosfer.  

Proses ini memicu terbentuknya pusaran angin yang menyerupai "penjuluran" dari awan CB ke arah permukaan bumi. Seiring waktu, arus udara ini semakin cepat dan kuat, sehingga menghasilkan angin puting beliung.

Khumar Mahendra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus