Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup Jakarta menargetkan perbaikan infrastruktur fasilitas pengelolaan sampah Refuse Derived Fuel atau RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara, selesai paling lambat Juli 2025. Saat ini, operasional RDF Rorotan yang diresmikan pada Februari lalu sebagai RDF Plant terbesar di dunia tersebut sedang dihentikan sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pengoperasian RDF Rorotan memerlukan penambahan beberapa fasilitas lagi, salah satunya alat deodorizer untuk mengurangi bau tidak sedap. Polusi bau yang dikeluhkan masyarakat sekitar ini yang belakangan menghambat operasional RDF Rorotan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi ini semua yang akan kami lakukan ke depannya. Kalau nanti ditanya berapa lama? kami berharap sekitar bulan Juli itu semua sudah siap dan sudah rapi, mudah-mudahan,” kata Asep saat kunjungan ke RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara, Selasa, 25 Maret 2025.
Menurut Asep, deodorizer nantinya akan ditambah di ruang operasi, ruang proses, dan ruang produk. Dan itu, kata dia, butuh waktu.
Asep menegaskan bahwa fasilitas tambahan harus beroperasi dengan optimal sebelum uji coba dilanjutkan. Jika seluruh peralatan di RDF Rorotan sudah berfungsi dengan baik dan tidak lagi menimbulkan bau, warga akan diundang kembali untuk menyaksikan uji coba tersebut. “Kami akan mengundang lagi warga saat commisioning yang memang sudah dalam kondisi terjamin aman,” kata dia.
Selain deodorizer, Dinas Lingkungan Hidup Jakarta akan menambah dua alat pemantau kualitas udara di perumahan Harapan Indah dan Metland. Keduanya menambahkan alat yang sudah terpasang di dalam kawasan RDF Rorotan dan sekitar Perumahan Cluster Shinano, Jakarta Garden City (JGC).
Sebelumnya, dalam audiensi dengan Gubernur Jakarta Pramono Anung, warga Rorotan, Jakarta Utara, yang tinggal di sekitar area RDF Plant mengeluhkan bau tidak sedap yang ditimbulkan proses uji coba pengolahan sampah di fasilitas yang diklaim didukung teknologi maju itu.
Operator eskavator memindahkan sampah ke mesin pengolahan sampah di Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta, 25 Februari 2025. RDF Plant Rorotan yang dibangun dengan biaya Rp1,28 triliun tersebut diproyeksikan mampu mengolah sampah sebanyak 2.500 ton per hari dikonversi menjadi bahan bakar alternatif sehingga mengurangi beban TPST Bantar Gebang. Antara/Sulthony Hasanuddin
Dalam penjelasannya, Pramono mengatakan bau tak sedap itu disebabkan oleh proses uji coba RDF Rorotan yang menggunakan sampah lama. Padahal, menurutnya, teknologi RDF didesain untuk mengolah sampah baru. “(Sampah lama) menimbulkan bakteri, bau, dan sebagainya,” kata Pramono. saat ditemui usai audiensi dengan warga di RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara, pada Kamis, 20 Maret 2025.
Untuk mengatasi masalah bau busuk itu, Pramono menginstruksikan agar pengelola RDF Plant Rorotan memasang deodorizer dan menambah penyaring udara. Dia juga meminta truk pengangkut sampah berjenis truk tertutup.
Oyuk Ivani S. berkontribusi dalam tulisan ini.