Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Bahaya Polusi Mikroplastik Ancam Kehidupan Manusia dan Biota Laut

Polusi Mikroplastik berasal dari berbagai produk sehari-hari kini bahayakan dunia. Sampah plastik dunia sejak 1950 - 2020 meningkat 200 kali lipat.

7 Agustus 2024 | 17.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mikroplastik telah menjadi perbincangan hangat para pemerhati lingkungan dalam beberapa waktu terakhir. Melansir dari Britanicca mikroplastik adalah plastik kecil dengan ukuran panjang  kurang dari 5 mm (0,2 inci).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mikroplastik muncul di lingkungan sebagai akibat dari polusi plastik. Mikroplastik terdapat dalam berbagai produk, mulai dari kosmetik hingga pakaian sintetis hingga kantong dan botol plastik. Banyak dari produk ini mudah masuk ke lingkungan melalui limbah. Mikroplastik kini telah menajadi ancaman serius bagi dunia yang berdampak secara luas pada kebersihan lingkungan dan kelestarian makhluk hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dunia saat ini telah menghadapi fakta yang mengkhawatirkan. Melansir dari Mongabay sejak 1950 sampah plastik yang diproduksi sekitar 2 juta ton, tetapi dalam beberapa beberapa tahun terakhir hingga 2020 produksi plastik meningkat secara signifikan menjadi 400 juta ton atau setara 200 kali lipat. Bahkan prediksinya mengatakan bahwa pada tahun 2040 jumlah tersebut akan meningkat 2 kali lipat.

Bahaya Polusi Mikroplastik Bagi Kehidupan Manusia dan Biota Laut

Keberadaan mikroplastik yang menumpuk merupakan suatu ancaman yang nyata.  Pasalnya microplastik merupakan limbah yang tidak dapat diurai secara hayati. Setelah berada di lingkungan mikroplastik akan terakumulasi untuk bertahan. Polusi mikroplastik tersebar di berbagai lingkungan secara luas.

Di lautan polusi plastik tahunan, diperkirakan mencapai 4 juta hingga 14 juta ton pada awal abad ke-21. Melansir dari Scient Direct diperkirakan terdapat setidaknya 5,25 triliun partikel plastik dengan berat hampir 269.000 ton di lautan dunia. Selain itu, mikroplastik juga mencemari  udara dalam bentuk debu dan partikel berserat di udara.

Melansir dari Britanicca pada 2018, mikroplastik ditemukan pada lebih dari 114 spesies akuatik. Mikroplastik tersebut ditemukan telah bersarang di saluran pencernaan dan di jaringan organ lainnya sehingga menggangu kesehatan biota laut. Konsumsi biota laut yang tak sehat tersebut dapat menyebabkan terjadinya toksisitas neurologis dan reproduksi.

Tak hanya dalam ekosistem, mikroplastik juga telah masuk ke dalam berbagai produk yang dikonsumsi manusia. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 8 orang dari negara asal berbeda menemukan bahwa mikroplastik ditemukan dalam tinja manusia. Mikroplastik mencemari berbagai produk yang dikonsumsi manusia seperti yang utama air minum, dan garam dapur. Namun, dampak dari hasil temuan tersebut terhadap kesehatan manusia masih belum pasti.

Melansir dari Antara News Dosen dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Suyud Warno Utomo juga menegaskan terkait bahaya kontaminasi mikroplastik. Menurutnya mikroplastik juga berpotensi menjadi racun bagi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem reproduksi, serta memicu pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, dan gangguan hormon.

Sementara pada lingkungan, Suyud mengatakan mikroplastik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kerusakan habitat, bahkan tertelan oleh hewan dan menyebabkan hewan tersebut menjadi menderita karena sulit makan atau bergerak.

"Jadi kalau kita lihat bagaimana distribusi penyebaran plastik di seluruh dunia, banyak yang di laut, di darat, di tanah juga banyak. Tentu ini berpotensi terhadap kesehatan lingkungan," ujar Suyud.

Suyud juga menyarankan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari masalah lingkungan dan kesehatan akibat polusi mikroplastik. Langkah-langkah tersebut, kata dia, adalah dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai, tidak memanaskan makanan yang dibungkus dengan kemasan plastik, kurangi alat makan berbahan plastik apalagi yang sekali pakai, menggunakan produk bebas microbeads, dan mendaur ulang produk plastik.

"Ini hanya sebagian cara. Tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana masyarakat sadar untuk mengurangi timbulan sampah, berbelanja dengan membawa kantong sendiri, dan bertanggung jawab terhadap apa yang dia hasilkan sehingga tidak membuang sampah sembarangan," kata Suyu.

Upaya Dunia Dalam Menanggulangi Permasalahan Polusi Mikroplastik

Pada bulan Maret 2022, Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA) membuat langkah maju perjanjian internasional yaitu menandatangani resolusi yang mengikat secara hukum untuk mengatasi polusi plastik di akhir tahun 2024 .

Negosiasi yang saat ini sedang berlangsung, telah memasukkan secara eksplisit cara mengatasi polusi mikroplastik di lingkungan perairan. “Ini sangat menggembirakan, dengan adanya mandat perjanjian plastik global, dimana para pihak telah sepakat untuk mempertimbangkan plastik di seluruh siklus kehidupan,” kata Presiden dan CEO Center for International Environmental Law, Carroll Muffett.

TIARA JUWITA  | ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus