Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Restorasi Gambut atau BRG telah membangun ratusan sekat kanal untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurut Kepala BRG Nazil Foead sekat kanal tersebut sangat efektif mencegah karhutla.
"Yang kita lihat di berbagai tempat itu sangat efektif," ujar Nazir, di Kota Dumai, Kepulauan Riau, Rabu, 9 Oktober 2019.
Tapi, Nazir melanjutkan, keefektivitasannya tergantung seberapa berani menaikkan pintu sekatnya. Jadi kebanyakkan, pintunya memiliki jarak beberapa cm, misalnya 60 atau 70 cm, jika dinaikkan sejengkal atau 20 cm itu akan lebih efektif, karena air yang tertampung akan lebih tinggi. "Tapi akibatnya itu (lahan gambut) akan banjir," kata Nazir.
Menurut Nazir, ada beberapa faktor mengenai keefektivan sekat kanal. Pertama, zona air satu DAS atau yang disebut Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Misalnya, Nazir berujar, dua buah kubah Gambut yang menjadi water resist volt.
Kemudian di KHG itu sudah ada kanal yang jumlahnya 150 di bagian kanan, kiri, atas bawah. "Nah agar efektif kita basahkan satu KHG, 150 kanalnya harus disekat. Kalau hanya sekat 100, berarti ada 50 yang tetap airnya keluar. Berarti kita simpan airnya tak akan efektif karena bocor, karena ada kanal yang belum sempat kita sekat, itu salah satu penyebabnya," kata Nazir.
Kedua kalau sudah musim kemarau berbulan-bulan, tetap lapisan atas gambut itu akan kering karena radiasi Matahari. Kecuali, kata Nazir, jika berani dibanjirkan, kalau dibanjirkan tidak akan kering. "Tapi kalau kita banjiri ada risikonya, nanti kebun nanas itu mati karena banjir," tutur Nazir.
Sehingga karena tidak bisa dibanjiri, lapisan atas gambut kering karena radiasi Matahari. Jika ada orang yang membakar pasti akan terbakar, tapi kata Nazir, dengan dilakukan patroli, maka api bisa dipadamkan.
Sekat kanal memiliki fungsi utama untuk menyimpan air, tujuannya melembabkan lahan gambut. Jika gambutnya kering, bermeter-meter api bisa melahap gambut tersebut, tapi dengan kondisinya yang lembab, api hanya melalap lapisan atasnya saja.
"Kalau ingin tidak ada kebakaran memang tidak boleh ada orang yang membakar. Gambut kan bahan bakar, makanya bahan bakar ini kami basahi sedapat mungkin," ujar Nazir. "Seperti di dalam kawasan swaka margasatwa di Palembang, di dalam kawasan itu tidak ada kebun masyarakat, jadi kita banjiri dan itu tidak akan pernah terbakar."
Karena, Nazir menambahkan, jika lahan gambut itu dibanjiri, khususnya lahan masyarakat, yang ada nanti muncul isu sosial dan ekonomi. Namun, jumlah 150 kanal BRG di dalamnya terdiri atas tiga bagian, yakni 50 kanal masyarakat, 50 lagi dikuasai oleh Pemerintah Provinsi, dan 50 lagi perusahaan.
Untuk menutupnya, semuanya harus kompak dan membutuhkan koordinasi, setiap waktu karena tidak bisa dilakukan secara serta merta. Terkadang butuh waktu sampai 3 tahun.
"Itu pun koordinasi dan monitoringnya harus kuat agar masing-masing pihak yang memiliki lahan tersebut mengerjakan sesuai dengan kewajiban dan tugasnya. Kalau tidak, harus ditegur dan seterusnya," tambah Nazir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita terkait lahan gambut dan karhutla lainnya, bisa Anda simak di Tempo.co.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini