Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam acara peluncuran buku Identifikasi Danau Indonesia yang digelar virtual, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro membeberkan manfaat dan perlunya pengelolaan danau di Indonesia yang berkelanjutan. Menurutnya, danau di Indonesia luput dari perhatian, berbeda dengan sungai dan laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan bahwa danau menjadi salah satu topik favoritnya ketika dia menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia. Dia menemukan beberapa hal yang mengejutkan dari segi pengelolaannya, salah satunya sebagai tempat penampung air yang dilupakan dan terlewat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Entah kenapa tidak disebutkan dalam aturan, akibatnya tidak ada instansi yang merasa bertanggung jawab untuk mengelolanya. Sehingga beberapa danau yang potensial menjadi rusak karena tidak ada yang menjaga agar bersih dan bebas dari polusi,” ujar Menristek, Kamis, 3 Desember 2020.
Sekelas Danau Toba pun, Bambang mencontohkan, ternyata memiliki masalah,yaitu keramba jaring apung yang menimbulkan racun dan polusi air. Kemudian Danau Limboto di Gorontalo, jika ke sana melihatnya, kata dia, kondisinya tinggal setengah bahkan lebih kecil karena tertutup dengan eceng gondok.
Danau merupakan badan air yang dibatasi oleh daratan, terbentuk secara alami maupun buatan. Indonesia diperkirakan mempunyai lebih dari 1.575 danau, terdiri dari 840 danau besar dan 735 danau kecil (situ).
Menurut Bappenas, pada tahun 2016 luas total danau di Indonesia sekitar 491.724 Ha. Namun, jumlah tepat danau dan distribusinya di Indonesia belum diketahui dengan pasti, tergantung dari referensi yang digunakan. Oleh karena itu, informasi mengenai jumlah dan klasifikasinya sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya air dan ekosistemnya.
Wakil Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menambahkan, danau jika diperhatikan merupakan sumber penampung air bersih. “Dan manusia ketika mengalami krisis air, upayanya ya harus meniru danau, membuat embung dan lainnya, manfaatnya sangat luar biasa bagi manusia,” kata dia.
Sebenarnya upaya perbaikan danau sudah ditentukan sejak 2009 lalu, dengan prioritas 15 danau yang memiliki kondisi kritis. Dia menerangkan bahwa danau memiliki manfaat yang banyak, mulai dari sebagai sumber listrik, perikanan dan pertanian, serta berbagai macam potensi lainnya, seperti pariwisata, sehingga perlu digarap keberlangsungan dan keberlanjutannya. “Namun, perbaikan 15 danau itu masih belum signifikan,” tutur Bambang.
Dalam acara tersebut Bambang meluncurkan buku yang disusun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Limnologi. Buku tersebut terdapat lima seri, di antaranya seri Sumatera, Seri Jawa-Bali-Nusa Tenggara, Seri Sulawesi, Seri Maluku-Papua, dan Seri Kalimantan.
"Saya berharap dengan diterbitkannya buku ini menjadi awal kesadaran kita akan pentingnya danau. Paling tidak kita tahu di mana ada danau, seberapa besar danau, dan peran yang bisa dimainkan danau itu bagi kehidupan masyarakat," kata Bambang.