Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar rapat koordinasi (rakor) kontingensi bencana erupsi Gunung Raung di Kodim 0825 Banyuwangi, Kamis, 4 Februari 2021.
Baca:
Erupsi Gunung Raung, Ada Potensi Lontaran Material Kawah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melibatkan sejumlah stakeholder terkait, rapat itu untuk menyusun sejumlah langkah kontingensi kebencanaan bersama dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terburuk dampak erupsi Gunung Raung.
Hadir dalam acara tersebut, Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol Inf Yuli Eko Purwanto, Danlanal Banyuwangi, Letkol Laut (P) Joko Setiyono, dan Sekda Banyuwangi Mujiono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Daerah Banyuwangi, Mujiono, mengatakan pemerintah daerah bersama Forkopimda mengantisipasi kemungkinan terburuk dari erupsi Raung. "Kami menyusun rencana kontingensi kemungkinan bencana terburuk,” kata Mujiono, Kamis, 4 Februari 2021.
Kontingensi bencana ini meliputi beberapa hal, antara lain sosialisasi prakebencanaan di sejumlah wilayah yang rentan terdampak bencana erupsi Gunung Raung. Kemudian melakukan evaluasi jalur evakuasi dan tempat titik kumpul pengungsian.
“Ini perlu kita evaluasi terkait jalur evakuasi. Karena bencana terakhir di Gunung Raung terjadi pada tahun 2015 atau lima tahun yang lalu. Apakah jalur evakuasinya masih layak atau tidak. Bisa dilalui roda empat, termasuk juga titik kumpul untuk pengungsian, juga harus kita identifikasi. Ini sangat penting karena berkaitan dengan proses penjemputan saat terjadi bencana,” kata Mujiono.
Tak hanya itu, kontingensi bencana juga berkaitan dengan dapur umum dan pos kesehatan saat terjadi bencana. “Misal jika sampai ada pengungsian, maka di situ dapur umum sudah harus siap, termasuk tenaga kesehatan untuk menjamin kesehatan masyarakat juga harus siap,” tegasnya.
Dengan adanya kontingensi kebencanaan yang baik, maka ketika bencana datang, masyarakat, pemerintah dan stakeholder terkait sudah mengetahui apa saja yang harus dilakukan.
“Kita berharap Gunung Raung bisa segera membaik dan tidak sampai berdampak kepada warga. Namun, kontingensi ini perlu kita siapkan sejak dini. Tujuannya untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah hadir ketika bencana melanda,” pungkasnya.
Gunung Raung mengalami erupsi sejak tanggal 21 Januari 2021. Hingga saat ini aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso ini belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik, bahkan aktivitasnya cenderung meningkat.
Data Pos PGA Raung menyebutkan berdasarkan pengamatan secara visual, gunung api sempat terlihat, namun kemudian tertutup kabut. Sempat pula teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang dengan ketinggian sekitar 500-1.000 meter dari puncak.
Sementara secara kegempaan, teramati 1 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 5-32 mm dan dominan 11 mm. Hingga saat ini, status aktivitas vulkanik Gunung Raung masih tetap di level II atau Waspada.
Dalam rekomendasinya, PVMBG mengimbau masyarakat, pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi kawah puncak. Gunung Raung mengalami erupsi sejak 21 Januari 2021.
DAVID PRIYASIDHARTA