Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mempersoalkan volume sampah sisa makanan dari Jakarta yang ditampung oleh Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Dari total 7-8 ribu ton sampah per hari yang berakhir di tempat tersebut, separuhnya merupakan sisa makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau 50 persen dari 8 ribu, maka ada 4 ribu ton food waste per hari yang harus kita selesaikan, yang harus dijawab permasalahannya,” ujar Hanif dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanif sempat meninjau langsung pengelolaan sampah TPST Bantargebang pada pekan lalu. Dia sekaligus melihat proses kerja perusahaan rintisan Magalarva di Gunung Sindur, Bogor. Entitas ini dianggap berhasil mengembangkan pengolahan sampah organik, dengan memanfaatkan belatung atau maggot.
Untuk memetakan masalah pengelolaan sampah, Hanif juga mengunjungi tempat pengolahan sampah Jakarta Recycle Center (JRC) di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada 30 Oktober kemarin. Tempat ini sekaligus merupakan pusat edukasi Jakarta Sadar Sampah yang menonjolkan pemilahan sampah rumah tangga. Menurut Hanif, JRC bisa memisahkan sampah organik dan non organik, yang selanjutnya dipindahkan ke ruang penyimpanan materi supaya dapat didaur ulang.
Di sela peninjauan, dia menyebut masalah sampah bisa diatasi dengan pengembangan bank sampah di level RT atau RW. Unit pengolahan ini menyaring isi bank sampah, lalu mendistribusikan sampah sesuai kategorinya. Sebelum berakhir di TPST Bantargebang, masyarakat bisa memisahkan sampah untuk daur ulang, sampah plastik, serta dan sampah kertas. Adapun food waste bisa diolah menjadi kompos.
“Perlu keseriusan untuk mengikuti alur proses dari sampah maupun limbah. Dari mana bermula dan di mana berakhir,” tutur Hanif.