ADA dua eksperimen di sekitar reaktor nuklir di Jerman yang
mungkin berguna bagi Indonesia. Pertama, peternakan ikan belut
dalam bak pendingin yang berhasil dilakukan oleh sarjana
Institut Penelitian Perikanan di Hamburg sejak 1973 - dengan
hasil yang fantastis. Kedua, proyek Agrotherrn, yakni penyaluran
air panas dari PLTN di Gundremmingen kembali ke sungai Donau
melalui pipa-pipa di bawah tanah pertanian seluas 5 Ha. Hasilnya
produksi kentang, lobak dan gandum meningkat, sementara air yang
sampai kembali ke sungai Donau sudah cukup dingin. Kedua
eksperimen itu diberitakan oleh buletin Dienst aus Deutschlanl
(DaD), Nopember 1976 dan Juni 1977.
Dalam eksperimen pertama, air pendingin yang dikembalikan dari
PLTN Emden ke sungai Jade tadinya 8ø sampai 9ø Celcius lebih panas
dari air sungai normal. Kini, sehelum dialirkan kembali ke
sungai, air hangat itu ditampung dulu dalam kolam yang diperkaya
dengan zat asam. Di kolam yang mirip steambath itu dilepas
berbagi macam ikan.
Ternyata, dalam setahun ikan belut kecil sudah tumbuh sampai
ukuran yang dapat dimakan. Sejenis ikan pipih dan sejenis ikan
sungai lainnya tak cocok dengan suhu air itu di musim panas.
Namun sejenis ikan air tawar sub tropis berduri bersukaria
dalaun suhu itu. Sementara ikan forel bertambah berat 50 sampai
300 gram selama musim dingin pada waktu suhu air sungai normal
hanya 12ø C (musim panas, suhu air sungai bisa naik sampai 30ø C).
Percobaan itu hanya menggunakan fraksi puncak dari 100 ribu M3
air pendingin yang dialirkan melalui PLTN Emden tiap jam.
Menurut wartawati DaD, Helge Jansen, tiap M3 kolam dapat
menghasilkan 10-15 Kg belut basah. Jadi bayangkan saja berapa
ton ikan belut dapat digc kkan dalam air hangat yang diperkaya
zat asamnya kalau seluruh air pendingin dimanfaatkan. Sehingga
dia optimis, bahwa Jerman Barat yang kini masih mengimpor 4.000
ton ikan belut setahun dalam waktu singkat bisa berswasembada.
Namun Dr Aprilani Soegiarto tak begitu optimis bahwa eksperimen
semacam itu juga bisa sukses di Indonesia. "Di sana, limbah air
panas itu memang bisa membantu meningkatkan produksi ikan di
musim dingin. Tapi di sini, suhu air sepanjang tahun kan sudah
jauh lebih tinggi?" katanya menjawab pertanyaan TEMPO.
Tampaknya dia masih tetap risau, bahwa bahaya polusi air panas
dari PLTN itu belum difikirkan penanggulangannya.
Adapun kemungkinan pemanfaatan air panas itu untuk
menghangatkan tanah pertanian. Aprilani belum memberikan
komentar. Sementara di Jerman Barat proyek Agrotherm itu sudah
merembet pula ke tanah pertanian di sekitar pabrik baja dengan
dukungan Kementerian Riset dan Teknologi. Padahal di sini, air
panas dari pabrik gas alam di Bontang (Kaltim) misalnya, masih
dibuang mubadzir ke laut. Tapi adakah kemungkinan penerapan
proyek Agroterm itu di Indonesia di mana tanahnya lebih hangat
dan pertanian di tepi laut dan sungai umumnya berwujud sawah?
Siapa tahu: mungkin dengan genangan air hangat itu hisa timbul
padi unggul baru, dan wereng serta serangga lain mati terebus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini