Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Belut dan kentang

Proyek agrotherm di jerman memanfaatkan air dingin pltn untuk produksi pertanian dan perikanan. aprila ni soegiarto pesimistis bahwa eksperimen seperti itu bisa sukses di indonesia. (ling)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA dua eksperimen di sekitar reaktor nuklir di Jerman yang mungkin berguna bagi Indonesia. Pertama, peternakan ikan belut dalam bak pendingin yang berhasil dilakukan oleh sarjana Institut Penelitian Perikanan di Hamburg sejak 1973 - dengan hasil yang fantastis. Kedua, proyek Agrotherrn, yakni penyaluran air panas dari PLTN di Gundremmingen kembali ke sungai Donau melalui pipa-pipa di bawah tanah pertanian seluas 5 Ha. Hasilnya produksi kentang, lobak dan gandum meningkat, sementara air yang sampai kembali ke sungai Donau sudah cukup dingin. Kedua eksperimen itu diberitakan oleh buletin Dienst aus Deutschlanl (DaD), Nopember 1976 dan Juni 1977. Dalam eksperimen pertama, air pendingin yang dikembalikan dari PLTN Emden ke sungai Jade tadinya 8ø sampai 9ø Celcius lebih panas dari air sungai normal. Kini, sehelum dialirkan kembali ke sungai, air hangat itu ditampung dulu dalam kolam yang diperkaya dengan zat asam. Di kolam yang mirip steambath itu dilepas berbagi macam ikan. Ternyata, dalam setahun ikan belut kecil sudah tumbuh sampai ukuran yang dapat dimakan. Sejenis ikan pipih dan sejenis ikan sungai lainnya tak cocok dengan suhu air itu di musim panas. Namun sejenis ikan air tawar sub tropis berduri bersukaria dalaun suhu itu. Sementara ikan forel bertambah berat 50 sampai 300 gram selama musim dingin pada waktu suhu air sungai normal hanya 12ø C (musim panas, suhu air sungai bisa naik sampai 30ø C). Percobaan itu hanya menggunakan fraksi puncak dari 100 ribu M3 air pendingin yang dialirkan melalui PLTN Emden tiap jam. Menurut wartawati DaD, Helge Jansen, tiap M3 kolam dapat menghasilkan 10-15 Kg belut basah. Jadi bayangkan saja berapa ton ikan belut dapat digc kkan dalam air hangat yang diperkaya zat asamnya kalau seluruh air pendingin dimanfaatkan. Sehingga dia optimis, bahwa Jerman Barat yang kini masih mengimpor 4.000 ton ikan belut setahun dalam waktu singkat bisa berswasembada. Namun Dr Aprilani Soegiarto tak begitu optimis bahwa eksperimen semacam itu juga bisa sukses di Indonesia. "Di sana, limbah air panas itu memang bisa membantu meningkatkan produksi ikan di musim dingin. Tapi di sini, suhu air sepanjang tahun kan sudah jauh lebih tinggi?" katanya menjawab pertanyaan TEMPO. Tampaknya dia masih tetap risau, bahwa bahaya polusi air panas dari PLTN itu belum difikirkan penanggulangannya. Adapun kemungkinan pemanfaatan air panas itu untuk menghangatkan tanah pertanian. Aprilani belum memberikan komentar. Sementara di Jerman Barat proyek Agrotherm itu sudah merembet pula ke tanah pertanian di sekitar pabrik baja dengan dukungan Kementerian Riset dan Teknologi. Padahal di sini, air panas dari pabrik gas alam di Bontang (Kaltim) misalnya, masih dibuang mubadzir ke laut. Tapi adakah kemungkinan penerapan proyek Agroterm itu di Indonesia di mana tanahnya lebih hangat dan pertanian di tepi laut dan sungai umumnya berwujud sawah? Siapa tahu: mungkin dengan genangan air hangat itu hisa timbul padi unggul baru, dan wereng serta serangga lain mati terebus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus