Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banjir panas di teluk rembang

Pembangkit listrik tenaga nuklir i akan dibangun di rembang. adanya pltn membawa "polusi air panas". cara menanggulangi menyalurkan air panas ke kolam pendingin, sebelum dilepas keperairan bebas. (ling)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) mulai bersiap. Tiga tahun lagi. PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) Indonesia yang pertama akan mulai dibangun. Itu setelah dua tahun berulat dengan keragu-raguan memperoleh dana sebanyak 400 juta dollar AS untuk biaya membangun sebuah PLTN. Lokasinya sudah jelas. Yakni seperti dibeberkan Budi Sudarsono, staf ahli BATAN pada kmpas, 18 Agustus lalu, "di sebelah timur Jepara antara gunung Muria dan Lasem," Jawa Tengah. Itulah lokasi pertama yang dipilih BATAN dari kelima alternatif semula, yang semuanya terletak di pantai pulau Jawa. Survainya sudah berlangsung sejak tahun lalu. Seperti dibeberkan dalam lokakarya pemilihan lokasi PLTN di Karangkates, Malang, pertengahan 1975, pemilihan lokasi PLTN tergantung pada data gempa, curah hujan, gerak angin, kepadatan penduduk, penggunaan dan iifal tanah, tata air, dan beban listrik. Curah hujan dan tata air sangat penting, karena PLTN membutuhkan banyak air. Pertama, untuk direbus dengan panas reaktor nuklir sampai jadi uap, yang selanjutnya memutar baling-baling turbin listrik. Kedua, untuk pendinginan reaktor nuklir itu sendiri secara kontinyu. Mungkin itulah sebabnya BATAN menjatuhkan pilihalmya yang pertama pada daerah di pantai Teluk Rembang, tempat Kali Juwana bermuara. Terletak hampir di tengah perjalanan bis dari Jakarta ke Surabaya. 600 Mega Watt listrik yang akan dibangkitkannya selepas Repelita III diharapkan dapat menyeimbangkan beban listrik - dan juga konsentrasi pembangunan - antara Jakarta dan Surabaya. Tapi bagaimana pengaruh kehadiran PLTN itu sendiri terhadap lingkungan di situ? Hal itu memang banyak dibicarakan sejak dua tal1un lalu. Bukan cuma soali radiasi ampas nuklir - yang di negara maju sudah sebagian teratasi dengan bungkus timah atau emas, atau dipendam di tambang garam. Tapi juga bahaya "polusi air panas," yang dikemukakan oleh Dr Aprilani Soegiarto, Direktur Lembaga Oseanografi Nasional Menurut ahli ekologi maritim itu, akibat arus balik air panas dari reaktor nuklir ke sungai atau laut itu bisa.macam-macam. ù Pertama: perubahan komposisi mahluk hidup di perairan itu. Misalnya, hilangnya ikan ekonomis, merajalelanya penyakit pada jenis ikan tertentu, serta eksplosi ganggang hijau dan tanaman pengganggu. * Kedua: menurunnya zat pembakar dalam air. Ini menghambat pembusukan zat buangan secara bio-kimiawi. Kotoran lebih banyak tertimbun. * Ketiga: penguapan air dipercepat, sehingga volumenya pun turun. Akibatnya konsentrasi unsur tertentu meningkat dan 'daya cerna' air terhadap ampas bio-kimiawi yang terkandung di dalam merosot. Ketiga faktor itu mengurangi nilai perairan tersebut untuk rekreasi, sumber air minum, sumber air irigasi, dan penangkapan ikan. Menurut prilani, ada tiga cara menanggulangi kerugian itu. Cara pertama, menyalurkan air panas itu melewati ko1am pendingin sebelum dilepas ke perairan bebas. Namun untuk mendinginkan PLTN berkapasitas 1000 Mega Watt diperlukan kolam pendingin seluas 400-500 Ha. Cara kedua adalah menyemprotkan udara ke dalam air panas yang ditampung lebih dulu dalam menara pendingin. Bahayanya, iklim setempat bisa berubah secara drastis. Sebab untuk mendinginkan berjuta-juta liter air panas sehari, dibutuhkan udara yang tidak sedikit pula. Adapun cara ketiga yang paling baik -- tapi juga paling mahal adalah mellara pendingin yang bekerja seperti radiator mobil. Silakan pilih cara mana yang mulai dipakai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus