Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Indonesia berada di daftar lima negara dengan perkiraan peningkatan persentase konsumsi antimikroba tertinggi pada 2030.
Antimikroba juga digunakan dalam pengobatan hewan dan tumbuhan sehingga bisa menyebabkan mikroorganisme yang sudah kebal berkembang di sumber pangan dan mencemari lingkungan.
Sejumlah riset menunjukkan keberadaan bakteri super yang kebal terhadap antimikroba dan riset global mendapati kandungan bahan aktif farmasi di perairan.
ALARM tanda bahaya telah dinyalakan oleh Kementerian Kesehatan bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). Dalam pengarahan media di Jakarta, Rabu, 12 Oktober lalu, ketiga institusi itu menyatakan ada potensi pandemi baru berupa resistansi antimikroba (AMR). Resistansi antimikroba bahkan disebut-sebut sebagai “pandemi senyap”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut WHO, Indonesia berada di daftar lima negara dengan perkiraan peningkatan persentase konsumsi antimikroba tertinggi pada 2030. WHO juga mendeklarasikan AMR sebagai salah satu ancaman kesehatan terbesar yang dihadapi masyarakat global. Jika AMR tak segera dikendalikan dengan baik, dampak kerugian ekonomi global pada 2050 diperkirakan mencapai US$ 100 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antimikroba digunakan secara luas dalam penanganan dan pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan, serta tumbuhan. Antimikroba adalah zat atau agen yang dapat membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme. Yang digolongkan dalam kategori ini adalah obat-obatan antibiotik, antifungi, antiviral, dan antiparasit. Sementara itu, resistansi antimikroba adalah kondisi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi kebal terhadap antimikroba yang diberikan.
Ketua Komite Pengendalian Resistansi Antimikroba Kementerian Kesehatan Anis Karuniawati mengatakan, meski data terbatas, terlihat jelas peningkatan masalah AMR atau resistansi antimikroba di Indonesia. "Banyak antibiotik diberikan tanpa tahu persis penyebab penyakitnya," katanya. Akibatnya, terjadi resistansi antimikroba yang membuat infeksi sulit ditangani, meningkatkan risiko penyebaran penyakit, dan memperparah penyakit hingga berujung kematian.
Anis mengatakan setiap tahun terjadi peningkatan prevalensi bakteri penyebab infeksi berat seperti radang paru-paru dan sepsis yang kebal atau resistan terhadap antibiotik. Pada 2019, menurut dia, prevalensi dua jenis bakteri yang resistan terhadap cephalosporin generasi ketiga telah mencapai lebih dari 60 persen. Cephalosporin generasi ketiga adalah kelompok antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri.
Hidayati Mas’ud, yang mewakili Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan, mengatakan mutu pelayanan kesehatan dapat turun dan menyebabkan biaya kesehatan yang dikeluarkan pasien makin tinggi karena penyakitnya tak lagi mempan ditangani dengan antibiotik. "Dikhawatirkan akan tiba kondisi seperti zaman sebelum ditemukan antibiotik ketika penyakit infeksi bermunculan," ucap Hidayati.
Dia mengibaratkan AMR dengan air pasang laut yang makin lama makin naik. "Berbeda dengan Covid-19 yang seperti tsunami, tiba-tiba muncul dan menimbulkan banyak korban," tuturnya. Meski perkembangan AMR terkesan senyap, Hidayati menambahkan, jumlah kematian akibat masalah ini terus melonjak. Selain itu, AMR berpotensi membebani keuangan negara dalam pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam forum Health Working Group Ke-3 dalam kerangka Presidensi G20 di Bali pada 24 Agustus lalu mengatakan sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat resistansi antibiotik. Dante menjelaskan, AMR terjadi akibat ketidakpatuhan pada protokol pengobatan selain berasal dari hewan dan tumbuhan. Akibatnya, dia melanjutkan, infeksi pasien bertambah parah dan menyebabkan angka kematian tinggi.
Hidayati menekankan hal yang sama. Menurut dia, antimikroba yang digunakan di bidang pertanian, peternakan, ataupun perikanan sama dengan yang dimanfaatkan pada manusia. Mikroorganisme yang kebal pun berkembang pada hewan dan tumbuhan serta mencemari lingkungan. "Karena itu, perlu pengendalian yang holistik antara kesehatan manusia, hewan, pangan, kehutanan, dan lingkungan," ucapnya.
Dalam forum G20, Dante menyebut pengendalian yang holistik ini sebagai “One Health”. "Pendekatan menyeluruh yang mengakui kesehatan hewan, manusia, tumbuhan, dan lingkungan sebagai satu kesatuan tak terpisahkan dan saling bergantung," katanya. Menurut Dante, upaya yang ditawarkan Indonesia tersebut diharapkan dapat menekan jumlah kematian akibat penyalahgunaan antibiotik.
•••
RAUT wajah Latif Abdullah, 49 tahun, warga Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara, terlihat serius saat menatap laut dengan awan gelap yang menggumpal di atasnya pada Senin, 24 Oktober lalu. Menduga hujan bakal segera turun, tangannya dengan cepat menarik terpal biru yang tak jauh dari perahunya yang ditarik ke darat untuk menutupi mesinnya yang berkekuatan 40 tenaga kuda.
Latif adalah salah satu warga Manado yang masih bertahan sebagai nelayan di tengah gempuran reklamasi Teluk Manado dalam dua dekade terakhir. Bagi dia, menjadi nelayan adalah cara bertahan hidup orang yang tak berpendidikan tinggi. Saban hari ia bisa mendapatkan uang Rp 300 ribu dari melaut. Ia bisa menangkap 60-70 kilogram ikan pelagis kecil dan cakalang. Saat musim ikan tiba, penghasilannya bisa mencapai Rp 500-600 ribu. “Makanya saya masih bertahan. Dari hasil melaut ini saya bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi,” tuturnya.
Jumlah perolehan ikan itu, menurut Latif, memburuk dalam 15 tahun terakhir. Dulu ia bisa mendapatkan 100-150 kilogram ikan pelagis kecil dan cakalang hanya di sekitar Teluk Manado. Sejak reklamasi makin giat dikerjakan, hasil melaut terus turun. Perubahan bibir pantai pun membuat arus laut berubah. “Ujung-ujungnya ikan ikut menyesuaikan diri dengan kondisi pantai. Akibatnya, sekarang jarak melaut sudah sangat jauh,” ucap Latif.
Selain reklamasi, keberadaan limbah antibiotik belakangan mulai mengancam Teluk Manado. Latif tampak kaget ketika disebutkan bahwa perairan Teluk Manado tercemar limbah antibiotik. Menurut dia, mayoritas nelayan Malalayang tidak mengetahui adanya pencemaran perairan tempat mereka menangkap ikan itu.
Penelitian Jonathan E. E. Pijoh dan Henry M. F. Palandeng dari Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada 2021 mendapati kandungan antibiotik pada sampel sedimen yang diambil dari perairan Teluk Manado, terutama di pesisir pantai Malalayang. Dari hasil uji laboratorium sampel sedimen didapatkan bakteri yang resistan terhadap antibiotik sehingga diperkirakan sedimen tersebut mengandung antibiotik.
Menurut Henry Palandeng, meski kandungan antibiotik ditemukan, hal itu belum menjadi masalah bagi kawasan perairan Teluk Manado. “Sama halnya dengan logam berat. Yang membahayakan itu apabila kadar materi yang berada di lingkungan sudah melebihi ambang batas,” kata Henry. Ia mengatakan hasil penelitiannya hanya menemukan keberadaan bakteri yang kebal antibiotik, tapi tidak menunjukkan kadar, kuantitas, atau jumlah kandungan antibiotik yang dapat mempengaruhi keadaan lingkungan pesisir.
Foto udara Pantai Malalayang dan Teluk Manado, Sulawesi Utara, 25 Oktober 2022/Tempo/Budhy Nurgianto
Dipublikasikan pada Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik yang terbit pada Desember 2021, hasil penelitian Henry menunjukkan bakteri Acetobacter sp. dan Escherichia sp. resistan terhadap antibiotik ceftriaxone. Obat ini adalah antibiotik cephalosporin generasi ketiga yang digunakan untuk menangani pelbagai infeksi bakteri, seperti gonore, meningitis, otitis media, sifilis, dan penyakit Lyme. Obat ini tersedia dalam bentuk suntik.
Penelitian ini dilakukan dengan sampel sedimen di pesisir pantai Kelurahan Malalayang II, Manado. Dalam jurnal tersebut, Henry dan timnya menduga limbah sisa penggunaan antibiotik tidak dapat terdegradasi dengan baik, lalu masuk ke saluran pembuangan yang kemudian terbawa arus air sampai ke perairan sehingga mempengaruhi ekosistem kawasan pesisir.
Wali Kota Manado Andrei Angouw menganggap temuan penelitian itu sebagai catatan untuk Pemerintah Kota Manado. Pihaknya akan menjadikannya bahan evaluasi sekaligus penguatan pengawasan terhadap pengelolaan limbah medis di Manado. “Kami akan memastikan setiap fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Manado melaksanakan pengelolaan limbah medis secara benar,” ucap Andrei. Terdapat 17 rumah sakit serta 16 pusat kesehatan masyarakat dan klinik di Manado.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 1 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Limbah, setiap fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan. Fasilitas itu wajib menyediakan instalasi pengolahan air limbah. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2020 mewajibkan fasilitas pelayanan kesehatan mengelola limbah medis.
Penelitian yang menunjukkan adanya rembesan antibiotik hingga ke perairan sebelumnya dilakukan oleh University of York, Inggris, pada 2019. Penelitian itu menunjukkan 65 persen sampel air dari 165 sungai di 72 negara positif tercemar antibiotik. Dari 711 titik pengambilan sampel air, sebanyak 470 positif mengandung setidaknya satu dari 16 jenis antibiotik dan 111 sampel (16 persen) di antaranya mengandung antibiotik dalam kadar tak aman menurut standar AMR Industry Alliance—koalisi perusahaan farmasi dan bioteknologi global.
AMR Industry Alliance menetapkan konsentrasi berbeda-beda untuk tiap jenis antibiotik. Namun batas aman antibiotik memiliki rentang antara 20 nanogram dan 32 ribu nanogram per liter. Menurut Alistair Boxall, profesor kepala di York Environmental Sustainability Institute, hasil riset ini menunjukkan kontaminasi antibiotik pada sistem sungai di seluruh dunia yang mengkhawatirkan. Riset ini disebut-sebut sebagai riset pertama yang bersifat global dengan pengambilan sampel lintas negara untuk mencari tahu cemaran antibiotik di 72 negara.
Secara spesifik, hasil riset dari University of York ini menunjukkan trimethoprim sebagai antibiotik yang paling umum terdeteksi. Obat yang kerap digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih tersebut terdeteksi di 307 situs dari 711 titik pengambilan sampel. Meski begitu, ciprofloxacin adalah antibiotik yang paling sering ditemukan melampaui tingkat aman. Temuan tim ini menunjukkan senyawa ciprofloxacin melampaui ambang batas aman yang ditetapkan AMR Industry Alliance di 51 tempat.
Boxall mengatakan ilmuwan dan pembuat kebijakan sudah saatnya melihat secara sungguh-sungguh kontribusi lingkungan dalam masalah resistansi antimikroba. "Data kami menunjukkan kontaminasi antibiotik di sungai bisa menjadi kontributor penting," katanya seperti dikutip dari situs resmi University of York, 27 Mei 2019. Timnya menyebutkan batas aman AMR Industry Alliance paling sering terlampaui di Asia dan Afrika dengan tingkat ancaman terbesar di Bangladesh, Kenya, Ghana, Pakistan, dan Nigeria.
Pada 2022, meneruskan penelitian sebelumnya, sejumlah ilmuwan mengambil sampel di 1.052 titik dari 258 sungai di 104 negara di seluruh benua. Riset yang laporannya diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences—jurnal tinjauan sejawat dari National Academy of Sciences—itu menunjukkan keberadaan pencemar berupa bahan aktif farmasi (API) di perairan telah menjadi ancaman bagi lingkungan dan kesehatan manusia di lebih dari seperempat lokasi yang diteliti secara global.
Riset ini menunjukkan lokasi yang paling terkontaminasi berada di negara berpenghasilan rendah hingga menengah serta memiliki infrastruktur pengelolaan air limbah dan limbah manufaktur farmasi yang buruk. Kontaminan yang paling sering terdeteksi adalah carbamazepine, metformin, dan kafein, yang terdeteksi di lebih dari setengah lokasi yang dipantau. Konsentrasi setidaknya satu API di 25,7 persen dari lokasi pengambilan sampel lebih besar dari konsentrasi yang dianggap aman untuk organisme air.
Sampel paling terkontaminasi kebanyakan berasal dari negara Afrika, seperti Etiopia, Tunisia, Republik Demokratik Kongo, Kenya, dan Nigeria, juga negara Asia, antara lain Pakistan, India, Armenia, Palestina, dan Cina. Sampel Amerika Utara yang paling tercemar diperoleh dari sungai di San Jose, Kosta Rika (maksimum 63,1 g/l: peringkat ke-9 dari 137). Sampel Eropa yang paling tercemar berasal dari Madrid, Spanyol (maksimum 59,5 g/l: peringkat ke-14) dan sampel Oseania yang paling tercemar berasal dari Adelaide, Australia (maksimum 0,75 g/l: peringkat ke-93).
Terdapat 14 API yang terdeteksi di semua benua, kecuali Antarktika, yaitu atenolol (β-blocker), carbamazepine (antiepilepsi), cetirizine (antihistamin), citalopram (antidepresan), desvenlafaxine (antidepresan), fexofenadine (antihistamin), dan gabapentin (antikonvulsan). Kemudian ada lidocaine (anastesi), metformin (antihiperglikemik), naproxen (anti-inflamasi), sitagliptin (antihiperglikemik), temazepam (terapi insomnia), trimetoprim (antimikroba), dan venlafaxine (antidepresan). Ada juga empat API yang terdeteksi di semua benua, yang berkaitan dengan gaya hidup dan dijual bebas, yakni kafein, nikotin, parasetamol, dan cotinine.
Selaras dengan temuan itu, sejumlah ilmuwan Indonesia menemukan adanya kandungan parasetamol di Teluk Jakarta. Dalam makalah yang dipublikasikan di Science Direct pada Agustus 2021 disebutkan cemaran parasetamol di Muara Angke sebanyak 610 nanogram per liter, sementara di Ancol 420 nanogram per liter. Menurut ilmuwan di balik penelitian itu, Wulan Koagouw dari Pusat Penelitian Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional, temuan itu baru sampai pada terdeteksinya parasetamol.
Wulan menjelaskan, masih sangat sulit menentukan apakah temuan itu masih dalam batas ambang aman atau melampauinya. "Karena belum ada ambang batas aman yang diatur di dalam regulasi. Tidak seperti kontaminan lain, seperti merkuri, arsen, yang sudah ada batas amannya," ujarnya. Menurut Wulan, untuk menentukan ambang batas aman kontaminan parasetamol, diperlukan sejumlah riset yang lebih solid.
BUDHY NURGIANTO (MANADO)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo