Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Warga Bandung Raya menyaksikan fenomena cincin matahari (halo) Senin siang, 22 Maret 2021, sekitar pukul 11.00 WIB. “Fenomena Halo merupakan hal yang wajar atau biasa terjadi dan bukan pertanda sesuatu yang buruk,” kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Teguh Rahayu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari pada siang atau pada bulan ketika malam. Lewat keterangan tertulis, Rahayu menerangkan, kemunculan fenomena Halo karena disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus atau cirrostratus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awan yang bersuhu dingin itu berada 5–10 kilometer atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer. Fenomena Halo lalu akan terbentuk bergantung pada bentuk dan arah kristal es.
Mekanisme kejadiannya yaitu cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma. Sinar matahari kemudian terpecah menjadi beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu. “Sama seperti pada pelangi,” katanya.
Adapun cuaca di Bandung, berdasarkan data BMKG, pada pukul 11.00 WIB itu dalam kondisi cerah berawan. Suhu udara berkisar 28,8 derajat Celsius dengan kelembapan udara 55 persen. Selain itu terpantau juga pertumbuhan awan Cirrus (Cu) dan Altostratus (As).
BMKG mengimbau warga Bandung Raya tetap tenang soal fenomena Halo Matahari di langit siang itu. Selebihnya, Rahayu menjelaskan, saat ini di Bandung Raya masih dalam periode musim hujan. BMKG memperingatkan tentang potensi hujan yang dapat disertai oleh angin dan petir masih berpeluang terjadi.