Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerapkan rekayasa cuaca untuk melancarkan pembangunan Bandara VVIP dan jalan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN). Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan operasi modifikasi cuaca (OMC) itu digelar secara resmi dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2024. Sebelum program itu digelar, curah hujanan bulanan di IKN berkategori menengah antara 200-300 milimeter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“OMC untuk menunjang percepatan pembangunan infrastruktur,” kata Dwikorita melalui keterangan tertulis, Senin, 29 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek jalan tol menuju IKN dikebut lantaran akan difungsikan untuk menyukseskan Hari Kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke-79 pada 17 Agustus nanti. Curah hujan diatur agar tidak mengganggu aktivitas pekerja, sehingga bangunan dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Rekayasa cuaca sudah diterapkan berulang kali di IKN sejak Juni 2024. Diterapkan di banyak daerah, rekayasa cuaca juga diharapkan bisa mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sejak 2015, OMC sudah menjadi salah satu metode mitigasi bencana.
“Caranya dengan melakukan pengisian kubah air gambut,” ucap dia.
Berdasarkan data Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA), Dwikorita mengimbuhkan, ambang batas ketinggian air dalam tanah lahan gambut tidak boleh di bawah 40 sentimeter, ambas batas status rawan kebakaran. Titik api atau hotspot yang dipadamkan dengan hujan hasil OMC lebih efektif dibanding air hasil water bombing dan terestrial dalam mengatasi karhutla.
Khusus di area IKN, Pelaksana tugas Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengatakan timnya menyasar area pembangunan infrastruktur yang berpotensi diguyur hujan. Penyemaian awan khusus untuk daerah upwind atau yang bertolak belakang dengan arah angin. “Agar awan hujan tidak masuk ke daerah target,” katanya dalam keterangan tertulis yang sama.
Tim BMKG juga juga menyemai senyawa garam ke bibit-bibit awan supaya menebal dan menurunkan hujan di kawasan terdeteksi. Menurut Seto, skema OMC untuk menurunkan atau mengurangi curah hujan urgen untuk mengatasi berbagai fenomena iklim di Indonesia.
“Area karhutla di Indonesia pada 2023 menurun hingga 29,6 persen jika dibandingkan 2019,” kata dia. Dalam periode serupa, Emisi karbon akibat kebakaran hutan juga berhasil diturunkan hingga 70,7 persen.