Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Buku Putih Hiroshima & Nagasaki

Survei terpadu tentang malapetaka yang ditimbulkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki, sementara perlombaan nuklir semakin meningkat. (ling)

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH sungai besar mengalir membelah Kota Hiroshima. Setiap tahun keturunan para korban ledakan bom atom 1945 menyalakan lanterna bertuliskan nama para korban. Lanterna ini kemudian diapungkan di sungai besar itu, dan sepanjang beberapa kilometer sungai itu seakan-akan terbakar karena banyaknya lanterna itu. Juga tahun ini ratusan ribu orang menundukkan kepala di Taman Perdamaian di pusat Kota Hiroshima. Antara lain Perdana Menteri Jepang, Zenko Suzuki, turut mendengarkan pidato Walikota Takeshi Araki. Wali Kota Hiroshima itu menyerukan agar pemerintah Jepang mempertahankan prinsip antinuklirnya, tidak membuat senjata nuklir, tidak memilikinya ataupun mengizinkannya masuk Jepang. Namun perlombaan senjata nuklir semakin menjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bersamaan dengan waktu peringatan khidmat di Hiroshima itu, misalnya, Presiden Ronald Reagan memutuskan AS akan melanjutkan pembuatan bom neutron. Empat tahun lalu Presiden Jimmy Cartel menghentikan pembuatan senjata yang mengerikan itu, setelah didesak sekutunya di Eropa. Bom neutron itu terutama dirancang untuk digunakan dalam suatu perang nuklir "terbatas" di wilayah Eropa. Konsepsinya: "Biar hilang nyawa, asal benda selamat." Berbeda dengan senjata nuklir biasa, bom neutron memancarkan radiasi yang lebih intensif dan jauh, sedang efek penghancurannya -- akibat gelombang ledakan maupun panas jauh lebih kecil. Ia sangat ampuh untuk wilayah seperti Eropa dengan penduduknya yang padat serta kota yang berdekatan. Jalur perkembangan senjata nuklir sejak bom atom pertama itu 36 tahun lalu "suatu kenyataan teknologi yang tak terelakkan," ujar Frank Barnaby dari SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute). "Saat ini hampir setengah juta ilmuwan terlibat dalam penelitian dan pengembangan urusan militer." Dr. Barnaby berbicara dalam konperensi Perang dan Lingkungan akhir Mei lalu di Stockholm. "Usaha ini didukung dua perlima dana penelitian sedunia, atau US$ 50.000 juta (Rp 32 trilyun)," katanya. Tak Masuk Akal Dalam pidatonya di Hiroshima itu, Walikota Araki menggambarkan kehebatan hasil penelitian itu. "Hampir tak masuk akal," katanya. "Senjata nuklir masa kini punya daya penghancur total mendekati 1,5 juta kali lebih besar daripada bom yang meledak di Hiroshima." Bom atom 1945 itu berkekuatan 12,5 kiloton bandingan bahan peledak TNT, menyebabkan sekaligus 140.000 orang tewas. Belum terhitung puluhan ribu yang meninggal kemudian. Sementara di Nagasaki tiga hari kemudian tewas 70.000 orang akibat ledakan bom kedua. Senjata nuklir masa kini memiliki jangkauan daya ledak yang luas sekali, paling sedikit 25 juta ton bandingan TNT. Seluruh jumlah bom yang dijatuhkan di Vietnam selama delapan tahun terakhir perang itu berjumlah "hanya" 4 juta ton. Kini "tersedia 4 ton bandingan TNT bagi setiap pria, wanita dan anak di bumi ini," kata Dr. Barnaby. Menurut perhitungannya, setiap kota besar di belahan bumi utara terancam sebagai sasaran senjata nuklir yang sebanding dengan 2000 bom Hiroshima. Diduga banyak penduduk kota itu bakal terbunuh oleh ledakan dan api kebakaran sedang penduduk pedalaman oleh radiasi dan jatuhan radioaktif. Malapetaka itu tidak terhenti di sana. Efek jangka panjangnya mungkin lebih dahsyat -- bisa mengubah iklim sedunia merusak genetika, dan melenyapkan lapisan ozon di udara yang melindungi kehidupan di bumi ini dari radiasi sinar ultraviolet matahari. Justru efek jangka panjang ini yang adi sasaran penelitian para ilmuwan di Jepang. Baru saja sebuah Buku Putih diterbitkan mereka serentak di London New York dan Tokyo. Buku itu berjudul Hiroshima dan Nagasaki: Efek Fisik, Sosial dan Medis Pemboman Senjata Atom. Gerakan "Hijau" Baru pertama kali ini diungkapkan hasil survei terpadu atas kerusakan medis, sosial dan psikologis yang diderita para korban peristiwa itu. Hampir setiap segi kehidupan dalam jangka panjang menderita jauh lebih serius daripada yang dikemukakan sebelumnya oleh PBB maupun lembaga bawahannya, demikian kesimpulannya. Efek pemboman 1945 itu masih berlanjut dalam bentuk kerusakan genetika dan penyakit umum lainnya. Saat ini di Jepang terdapat sekitar 370.000 orang yang terhindar dari maut langsung akibat pemboman itu. Mereka dikenal dengan nama Hibakashu. Banyak di antara mereka menderita cacat dan luka. Sebagian menderita penyakit pikun, kerusakan sel otak, buta, tuli dan leukemia kanker darah. Kata pengantar Buku Putih itu secara bersama ditulis oleh Walikota Araki dan Hitoshi Motoshima, Walikota Nagasaki. "Korban yang masih hidup bertambah tua umurnya, sementara separuh penduduk kita sekarang adalah orang muda yang tak tahu apapun tentang perang," tulis kedua walikota itu. Mereka melihat duka sudah mulai teratasi. Tapi sebagian besar orang muda "yang tak tahu apapun tentang perang" dalam Agustus ini turut memperingati peristiwa 36 tahun lalu . Bahkan sekelompok anak muda melakukan peragaan antinuklir di Taman Perdamaian, Hiroshima, sementara di Nagasaki berlangsung Konperensi Sedunia Menentang Senjata Nuklir. Ancaman perang nuklir justru semakin hangat dengan keputusan NATO menempatkan berbagai jenis senjata nuklir baru di wilayah Eropa. Adalah pemerintah Belanda yang terutama mengambil inisiatif menangguhkan keputusan ini, menyusul gerakan protes masyarakat di berbagai kota besar negeri itu. Di Belgia dan Jerman Barat, terdapat gerakan "hijau" dengan tujuan serupa. Juga di Inggris timbul gerakan END (Europe Nuclear Disarmament). Dukungan mengalir dari seluruh Eropa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus