Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Menuju Percetakan Via Satelit

Melalui satelit pengiriman berita dari media pers akan lebih cepat. Pengiriman melalui pesawat terbang dianggap sudah kuno. Satelit juga bisa mengirimkan berita telex dan gambar televisi.

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUTAAN perkataan dalam berbagai bahasa setiap hari ditembakkan ke angkasa. Dari satelit di angkasa luar, semua itu ditendang kembali ke bumi. Sesudah menempuh perjalanan ribuan kilometer dalam beberapa detik, kata-kata tadi kemudian menjelma menjadi bacaan di koran maupun majalah. Ribuan huruf Cina koran Sing Tao, enam kali dalam seminggu juga mengalami perjalanan serupa. Berangkat dari ruang redaksinya di Hongkong, halaman demi halaman koran itu (dalam bentuk gelombang mikro) turun dari satelit di angkasa luar -- melintasi kantor PM Margaret Thatcher di Downing Street No. 10 -- menuju suatu percetakan di London. Berkat kemajuan teknologi satelit, halaman koran lain (International Herald Tribune dan Wall Street Journal) serta majalah Time dan Newsweek juga mampu melintasi berbagai benua dengan cepat. Bagi mereka yang bermodal kuat, ekspedisi dengan pesawat terbang sudah terasa kuno. Tapi pengiriman halaman International Herald Tribune dari Paris ke Hongkong lewat satelit, yang dimulai September tahun lalu, tidak selamanya lancar. Karena pesawat transmisinya di Paris mengalami gangguan, edisi Asia koran itu -- yang dicetak di Hongkong -- tidak bisa terbit pada 11 dan 12 Agustus. Sebelum memanfaatkan teknologi satelit, berbagai penerbitan mengirimkan negatif film halaman koran dengan pesawat terbang. Selain lama tibanya, penerbangan itu sering menemui berbagai hambatan -- misalnya pesawat tertunda karena cuaca buruk. Satelit kemudian jadi pilihan dalam mereka bersaing, dan ternyata lebih menguntungkan. Di tahun 1965, misalnya, satelit hanya mampu menampung beberapa ratus saluran telepon, dengan sewa tiap tahun US$ 32 ribu setiap saluran. Kini daya tampungnya bisa melebihi 10 ribu saluran telepon, sedang sewa tiap tahun hanya US$ 6 ribu setiap saluran. Lewat saluran telepon via satelit itu halaman media tadi dikirimkan dari redaksi ke percetakan di wilayah lain yang jauh jaraknya. Dengan beberapa transponder (pemancar gelombang mikro) yang dimilikinya, satelit juga mampu mengirimkan berita telex, serta gambar televisi. Tiap transponder yang dimiliki Palapa I, misalnya, mampu melayani 800 saluran telepon dan telex atau satu saluran televisi berwarna. Tidak berbeda dengan pengiriman gambar televisi, proses pengiriman halaman koran juga menggunakan berbagai perlengkapan rumit dan halus. Perjalanan koran Sing Tao dari Hongkong ke London dimulai, sejak belum lama ini, segera setelah deadline. Di sebuah meja dalam suatu ruangan kantornya tampak suatu silinder berwarna putih, yang dililiti kabel dan berbagai lampu. Pada silinder itu, yang kelak berputar dengan kecepatan tinggi, dililitkan halaman koran yang akan dikirim ke London. Ketika silinder tadi berputar berkas-berkas cahaya menyinarinya, sementara sebuah kamera melacak dan merekam setiap kata dan foto hitam-putih koran tersebut. Dengan sebuah kabel, kamera tersebut dihubungkan dengan kotak hitam, yang mengubah setiap huruf dan foto rekaman halaman menjadi sinyal-sinyal listrik. Suatu antena logam yang tingginya 30 m, terletak di Cape d'Aguilar, jauh dari kantor koran itu, kemudian menangkap sinyal listrik (gelombang mikro) tadi. Dari bangunan antena inilah, gelombang mikro tersebut ditembakkan (up link) ke satelit yang mengorbit secara geosinkron 37 ribu kilometer tingginya di atas Lautan Hindia. Satelit itu lalu menembakkan kembali (down link) gelombang mikro tersebut ke stasiun penerima di British Post Office di London. Tujuan Atau Impian? Dan gelombang mikro dari kantor pos itu ditangkap di suatu percetakan di London. Di percetakan itu terdapat sejumlah perlengkapan yang menyerupai perangkat percetakan di Hongkong. Prosesnya merupakan kebalikan saja -- sinyal listrik pada akhirnya dipindahkan ke negatif film dan kemudian siap cetak. Majalah Time dan Newsweek juga mengalami proses serupa dari New York ke Hongkong. Edisi Asia kedua majalah itu malah terbit sehari lebih awal dibanding edisi Amerika. Tapi adalah koran Wall Street Journal, New York, yang pertama kali, pertengahan 70-an, menggunakan jasa satelit. Koran yang beroplah hampir dua juta itu dicetak di 12 kota di AS, tujuh di antaranya menggantungkan kecepatan cetaknya dengan satelit milik Western Union. Melalui antena pemancar sendiri, Wall Street mengirimkan gelombang mikro tadi ke percetakannya seperti di Florida, New Jersey dan Palo Alto, California. Dengan demikian, koran itu terbit bersamaan di seluruh AS. Koran New York Times belakangan ini menyusul dengan menggunakan jasa satelit Weststar untuk edisi Midwest, dan sirkulasinya naik 50%. Menjadi tujuan, atau sekedar impian tiap penerbit suratkabar dan majalah untuk mencetak di berbagai tempat secara serentak, jika hendak meningkatkan peredaran edisi domestik maupun internasional. Hal itu sudah terjadi di banyak negara, walaupun sebelum zaman satelit. Di Idonesia belum ada penerbit yang melakukannya. Mungkin tidak akan ada selama dasawarsa ini. Tapi impian itu juga kini bisa terwujud di Indonesia, jika iklim mengizinkannya, apalagi dengan adanya satelit Palapa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus