JUTAAN perkataan dalam berbagai bahasa setiap hari ditembakkan
ke angkasa. Dari satelit di angkasa luar, semua itu ditendang
kembali ke bumi. Sesudah menempuh perjalanan ribuan kilometer
dalam beberapa detik, kata-kata tadi kemudian menjelma menjadi
bacaan di koran maupun majalah.
Ribuan huruf Cina koran Sing Tao, enam kali dalam seminggu juga
mengalami perjalanan serupa. Berangkat dari ruang redaksinya di
Hongkong, halaman demi halaman koran itu (dalam bentuk gelombang
mikro) turun dari satelit di angkasa luar -- melintasi kantor PM
Margaret Thatcher di Downing Street No. 10 -- menuju suatu
percetakan di London.
Berkat kemajuan teknologi satelit, halaman koran lain
(International Herald Tribune dan Wall Street Journal) serta
majalah Time dan Newsweek juga mampu melintasi berbagai benua
dengan cepat. Bagi mereka yang bermodal kuat, ekspedisi dengan
pesawat terbang sudah terasa kuno.
Tapi pengiriman halaman International Herald Tribune dari Paris
ke Hongkong lewat satelit, yang dimulai September tahun lalu,
tidak selamanya lancar. Karena pesawat transmisinya di Paris
mengalami gangguan, edisi Asia koran itu -- yang dicetak di
Hongkong -- tidak bisa terbit pada 11 dan 12 Agustus.
Sebelum memanfaatkan teknologi satelit, berbagai penerbitan
mengirimkan negatif film halaman koran dengan pesawat terbang.
Selain lama tibanya, penerbangan itu sering menemui berbagai
hambatan -- misalnya pesawat tertunda karena cuaca buruk.
Satelit kemudian jadi pilihan dalam mereka bersaing, dan
ternyata lebih menguntungkan. Di tahun 1965, misalnya, satelit
hanya mampu menampung beberapa ratus saluran telepon, dengan
sewa tiap tahun US$ 32 ribu setiap saluran. Kini daya tampungnya
bisa melebihi 10 ribu saluran telepon, sedang sewa tiap tahun
hanya US$ 6 ribu setiap saluran. Lewat saluran telepon via
satelit itu halaman media tadi dikirimkan dari redaksi ke
percetakan di wilayah lain yang jauh jaraknya.
Dengan beberapa transponder (pemancar gelombang mikro) yang
dimilikinya, satelit juga mampu mengirimkan berita telex, serta
gambar televisi. Tiap transponder yang dimiliki Palapa I,
misalnya, mampu melayani 800 saluran telepon dan telex atau
satu saluran televisi berwarna. Tidak berbeda dengan pengiriman
gambar televisi, proses pengiriman halaman koran juga
menggunakan berbagai perlengkapan rumit dan halus.
Perjalanan koran Sing Tao dari Hongkong ke London dimulai, sejak
belum lama ini, segera setelah deadline. Di sebuah meja dalam
suatu ruangan kantornya tampak suatu silinder berwarna putih,
yang dililiti kabel dan berbagai lampu. Pada silinder itu, yang
kelak berputar dengan kecepatan tinggi, dililitkan halaman koran
yang akan dikirim ke London. Ketika silinder tadi berputar
berkas-berkas cahaya menyinarinya, sementara sebuah kamera
melacak dan merekam setiap kata dan foto hitam-putih koran
tersebut.
Dengan sebuah kabel, kamera tersebut dihubungkan dengan kotak
hitam, yang mengubah setiap huruf dan foto rekaman halaman
menjadi sinyal-sinyal listrik. Suatu antena logam yang tingginya
30 m, terletak di Cape d'Aguilar, jauh dari kantor koran itu,
kemudian menangkap sinyal listrik (gelombang mikro) tadi. Dari
bangunan antena inilah, gelombang mikro tersebut ditembakkan (up
link) ke satelit yang mengorbit secara geosinkron 37 ribu
kilometer tingginya di atas Lautan Hindia. Satelit itu lalu
menembakkan kembali (down link) gelombang mikro tersebut ke
stasiun penerima di British Post Office di London.
Tujuan Atau Impian?
Dan gelombang mikro dari kantor pos itu ditangkap di suatu
percetakan di London. Di percetakan itu terdapat sejumlah
perlengkapan yang menyerupai perangkat percetakan di Hongkong.
Prosesnya merupakan kebalikan saja -- sinyal listrik pada
akhirnya dipindahkan ke negatif film dan kemudian siap cetak.
Majalah Time dan Newsweek juga mengalami proses serupa dari New
York ke Hongkong. Edisi Asia kedua majalah itu malah terbit
sehari lebih awal dibanding edisi Amerika.
Tapi adalah koran Wall Street Journal, New York, yang pertama
kali, pertengahan 70-an, menggunakan jasa satelit. Koran yang
beroplah hampir dua juta itu dicetak di 12 kota di AS, tujuh di
antaranya menggantungkan kecepatan cetaknya dengan satelit milik
Western Union. Melalui antena pemancar sendiri, Wall Street
mengirimkan gelombang mikro tadi ke percetakannya seperti di
Florida, New Jersey dan Palo Alto, California. Dengan demikian,
koran itu terbit bersamaan di seluruh AS. Koran New York Times
belakangan ini menyusul dengan menggunakan jasa satelit Weststar
untuk edisi Midwest, dan sirkulasinya naik 50%.
Menjadi tujuan, atau sekedar impian tiap penerbit suratkabar dan
majalah untuk mencetak di berbagai tempat secara serentak, jika
hendak meningkatkan peredaran edisi domestik maupun
internasional. Hal itu sudah terjadi di banyak negara, walaupun
sebelum zaman satelit. Di Idonesia belum ada penerbit yang
melakukannya. Mungkin tidak akan ada selama dasawarsa ini. Tapi
impian itu juga kini bisa terwujud di Indonesia, jika iklim
mengizinkannya, apalagi dengan adanya satelit Palapa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini