Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

Peneliti BRIN menelisik DNA pada temuan rambut yang diduga milik Harimau Jawa, hewan yang dkategorikan punah sejak puluha tahun lalu.

25 Maret 2024 | 19.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) beraktivitas di kandangnya di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo, Solo, Jawa Tengah, Rabu, 3 Juni 2020. Kredit: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Temuan sehelai rambut hewan di pagar pembatas kebun rakyat dan jalan setapak Desa Cipeundeuy di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mendatangkan harapan mengenai adanya Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) yang masih hidup di muka bumi. Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan spesies tersebut sudah punah sejak era 1980. Penampakan terakhir Harimau Jawa bahkan terkonfirmasi pada 1976 silam di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelahnya, ada Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang juga punah pada 2008. Saat ini, hanya spesies Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masih tersisa di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah 43 tahun, harapan baru muncul. Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wirdateti, menyebut analisis DNA menunjukkan pontensi bahwa sampel rambut harimau di Sukabumi itu datang dari Harimau Jawa. Spesimen itu masuk dalam kelompok Harimau Jawa yang ada dalam koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.

“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 persen dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 persen kemiripan dengan Harimau Sumatera,” kata Teti, sapaan akrab Wirdateti, melalui keterangan tertulis pada Senin, 25 Maret 2024.

Rambut harimau yang menyangkut di pagar Desa Cipeundeuy itu ditemukan oleh Kalih Reksasewu, berdasarkan laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa pada malam hari, 19 Agustus 2019. Ripi adalah penduduk lokal Desa Cipeundeuy.

Keyakinan soal sisa spesies Harimau Jawa diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya. Tak hanya rambut, bekas cakaran mirip harimau di sekitar pagar desa semakin menguatkan niat para peneliti untuk menggelar observasi lanjutan.

Sebagai identifikasi awal, para peneliti membandingkan sampel rambut harimau dengan spesimen koleksi MZB. Rambut itu juga dicocokkan dengan subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur, Harimau Sumatera, serta Macan Tutul Jawa. Hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain.

Untuk memperkuat observas, Teti dan timnya mewawancarai Ripi Yanuar Fajar yang mengaku melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan di sela survei sampel pada 15-19 Juni 2022 di lokasi temuan sampel rambut.

Menurut Teti, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitifitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Peneliti masih harus merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.

Sebagai informasi, ekstraksi DNA total dari rambut tersebut menggunakan perangkat khusus, Dneasy Blood and Tissue Kit. Pemakaiannya sesuai protokol yang telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.

“Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank,” tutur Teti. “Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro.”

Semua urutan nukelotida dugaan Harimau Jawa, dia meneruskan, dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI). Kemudian penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA—perangkat lunak untuk memeriksa hasil pohon filogenik suatu biota.

Harimau Jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa yang tersebar di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, dulu hewan ini diburu karena dianggap sebagai pengganggu. Habitat Harimau Jawa diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur.

Saat ditanyai ihwal kemungkinkan masih ada Harimau Jawa yang hidup di alam liar, Teti belum bisa menjawab secara pasti. “Masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan studi lapangan lebh lanjut,” ujarnya.

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus