Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cara Telkom University Kelola Sampah Mandiri 5 Ton Per Hari

Produksi sampah Telkom University, termasuk dari asrama mahasiswa, mencapai lima ton per hari.

25 September 2023 | 20.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selama tiga tahun terakhir ini Telkom University di Bandung mengolah sampah secara mandiri di dalam area kampus. Produksi sampah yang dihasilkan dari kampus itu, termasuk dari asrama mahasiswa, mencapai lima ton per hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sebanyak dua ton sampah organik, tiga ton sampah anorganik,” kata Kepala Bagian Maintenance and Sustainability Telkom University, Deni Wahyu, Senin, 25 September 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di kampus seluas 48 hektare itu ada sekitar 23 ribu mahasiswa dan 1.300 karyawan tenaga kependidikan serta dosen. Pengumpulan sampah dilakukan oleh empat orang petugas kebersihan yang dilengkapi armada mobil pengangkut. Sampah organik yang terkumpul diolah lima orang, dan empat petugas lain mengolah sampah anorganik.

Petugas kebersihan itu masih harus memilah sampah karena buangan sampah dari sivitas akademika kampus masih bercampur. Di tiap fakultas, menurut Deni, sudah disediakan tempat sampah dengan tiga jenis yang berbeda. “Cuma mungkin budaya membuang sampahnya masih campur-campur,” ujarnya.

Sampah organik seperti dari dedaunan dan makanan sisa rapat atau buangan kantin  diolah menjadi kompos dan pelet yang dicampur dedak dan bekatul untuk makanan ternak seperti unggas dan ikan.

Sementara untuk limbah anorganik hasil pemilahan, hasilnya dikumpulkan sepekan sekali untuk dijual ke pengepul. Misalnya limbah plastik berbahan Polyethylene terephthalate atau PET, plastik yang kerasnya seperti ember, kardus, kertas, dan kresek.

Sampah yang tidak laku dijual seperti kresek basah atau terkena minyak, Styrofoam, dibakar di tiga unit mesin insinerator buatan dosen Telkom University buatan 2010. Sampah yang dibakar sebanyak 40 persen dari total limbah. Pembakaran setiap hari sebanyak satu ton. “Debu hasil pembakaran diolah sebagai pot bunga dicampur dengan semen,” ujar Deni. 

Menurutnya, sudah ada kebijakan rektorat terkait persoalan sampah atau green campus dan kampanye pengurangan sampah ke kalangan mahasiswa baru. Misalnya membuang sampah pada tempatnya dan air minum menggunakan botol sendiri atau tumbler. Dia berharap ada perubahan budaya soal sampah di kalangan sivitas akademika dan kebijakan baru, misalnya untuk mengurangi sampah.

Deni mencontohkan makanan ringan dan berat untuk rapat tidak lagi memakai kotak kardus. “Alangkah baiknya seperti prasmanan di hotel itu potensinya sampahnya sedikit,” kata dia.

Adapun sampah sisa makanan per hari hampir 200 kilogram. Menurutnya, soal sampah sisa makanan tidak lagi menjadi masalah karena sudah terurai, seperti untuk pakan ternak dan maggot atau belatung.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus