Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Dosen ITB Ungkap Cara Bikin Hutan di Lahan Sawah Tadah Hujan

Komunitas seni dan budaya Jatiwangi Art Factory tengah merintis pembuatan hutan baru dari lahan sawah tadah hujan di Majalengka, Jawa Barat.

8 Desember 2022 | 15.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Area calon hutan baru yang akan dibangun secara kolektif di Jatiwangi, Majalengka. Desainnya mengikuti hasil kompetisi yang digelar terbuka. (Dok.Panitia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas seni dan budaya Jatiwangi Art Factory tengah merintis pembuatan hutan baru dari lahan sawah tadah hujan di Majalengka, Jawa Barat. Menurut pakar kehutanan dari Institut Teknologi Bandung, Yayat Hidayat, pembuatan hutan dari nol seperti itu dimungkinkan dengan beberapa syarat dan kondisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dosen di Kelompok Keahlian Teknologi Kehutanan ITB itu, desain harus menjelaskan tujuan pembangunan hutan sejelas mungkin. Rancangan juga perlu memuat komposisi jenis, desain pola tanam, tata ruang atau zonasi, dan sarana prasarana pendukung sesuai tujuan pengelolaannya. “Penyusunan rancangan sebaiknya dilakukan oleh para ahli di bidangnya,” kata Yayat, Rabu 7 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Upaya berikutnya pengkondisian lahan. Menurutnya, lahan sawah umumnya memiliki jenis tanah inceptisol atau tanahnya itu memiliki kembang susut yang tinggi. Di musim hujan, tanahnya akan mengembang, sementara di musim kering tanahnya akan menyusut hingga menimbulkan retakan yang cukup lebar.

Pada tanah sawah yang diolah intensif dengan pemupukan urea misalnya, akan membuat kandungan metan di tanah sangat tinggi, dan lumpur tanah semakin tebal. Kondisi tanah seperti itu menurut Yayat, kurang cocok ditanami dengan tanaman tahunan atau kayu-kayuan. “Ketika terjadi retakan tanah, tanaman akan terganggu sehingga menimbulkan kematian,” ujarnya.

Solusinya, sebelum dilakukan penanaman hutan, lahan sawah perlu diberi jeda untuk penanaman pohon. “Sekurangnya satu tahun agar tanah sawah mengering, kandungan metan menguap, dan air tidak menggenangi lahan,” kata Yayat.  

Jika memungkinkan, sebaiknya lahan sawah diurug dengan tanah lapisan atas atau top soil setebal 60 sentimeter hingga merata. Bisa juga untuk menghemat biaya, pemberian top soil hanya diberikan pada setiap lubang tanam.

Karya berjudul “In Wilderness, Abundance” pemenang pertama dan favorit kompetisi desain hutan di Jatiwangi, Majalengka. (Dok.Panitia)

Tahap selanjutnya menyiapkan bibit tanaman hutan sesuai jenis dalam rancangan. Pembibitan dapat diproduksi sendiri dengan membuat persemaian atau membeli dari penangkar tanaman. Bibit yang bagus menurutnya adalah yang sudah siap ditanam di lapangan antara lain tinggi tanaman antara 1-2 meter. Saat penanaman, lubangnya disarankan Yayat untuk diberi pupuk organik yang cukup banyak.

Adapun pada fase pemeliharaan tanaman ketika masih muda misalnya, dengan umur 1-3 tahun, seperti penyulaman, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit tanaman. Sementara pada tanaman dewasa, meliputi pemangkasan dan penjarangan.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus