Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hantu Laut yang Mengikis Pantai

Pantai Manado setiap tahunnya mundur 2-7 meter akibat erosi. Kerusakan terumbu karang penyebab utama bencana ini.

16 November 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masyarakat pantai biasanya mempunyai takhayul tentang hantu laut. Tapi bagi masyarakat Desa Rap-Rap dan Desa Tiwoho, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, "hantu" itu nyata dan datang terutama bila musim barat tiba. Wujudnya berupa gelombang pasang yang tiba-tiba dan menerjang rumah penduduk. Kalau rangkaian gelombang itu mulai menunjukkan kehadirannya, warga desa segera meninggalkan rumah demi keselamatan. "Terjangannya tinggi, masuknya bisa sampai 500 meter," kata Ismael Husen, Sekretaris Desa Rap-Rap. Terjangan "hantu laut" itu tidak cuma membangunkan warga nelayan yang sedang tidur. Dari pengamatan yang dilakukan oleh Pusat Studi Pesisir, sebuah lembaga yang bekerja sama dengan USAID (United States Agency for International Development) di Desa Blongko, Kecamatan Tengah, Kabupaten Minahasa, sampai saat ini erosi yang diikuti dengan abrasi air laut diperkirakan telah menggerus daratan sekitar 100 meter dari garis pantai. Bahkan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, mencatat dalam 50 tahun terakhir paling tidak pantai di Manado, khususnya di daerah Malalayang dan Tumumpa, telah kehilangan daratannya 100 hingga 350 meter. Artinya, rata-rata pantai daerah itu tiap tahunnya telah mundur sejauh 2 sampai 7 meter. Mengapa abrasi air laut itu bisa demikian dahsyat terjadi di provinsi Indonesia yang terletak paling utara itu? Selidik punya selidik, kehancuran terumbu karanglah yang menjadi biang keladinya. Secara teoretis terumbu karang memang berfungsi sebagai pagar paling luar dari pertahanan pantai menghadapi serangan air laut. Semakin subur organisme laut itu tumbuh, semakin aman pantai dari serbuan gelombang. Di bagian dalam ada pula pagar lain berupa tanaman bakau. Tapi tanaman itu tidak tumbuh di semua tempat. Rusaknya terumbu karang terutama dikarenakan masih dilakukannya penangkapan ikan dengan bom. Bom ini tidak hanya membuat lebih banyak ikan yang bisa dipanen, tapi juga meluluhlantakkan karang laut di sekitarnya. Bom ikan yang dibuat dari bahan pupuk untuk tanaman kelapa sawit, pupuk matahari, botol, dan batang korek api itu ditanam di dasar laut di kedalaman 7 meter. Ketika racikan bahan beracun itu meledak, puluhan meter kubik terumbu karang remuk-redam. Selain melalui pengeboman, jual-beli terumbu karang juga ikut andil dalam merusak pengaman pantai itu. Penggunaan karang laut sebagai bahan bangunan--dijadikan kapur dan pengeras jalan--tampaknya menjadi kelaziman di Sulawesi Utara. Bahkan di jalan trans-Sulawesi, pengerasnya juga menggunakan karang laut. Menurut Ricao Tanago, penggiat peduli lingkungan di Manado, satu kubik karang dihargai Rp 4.500. Meski ada dugaan bahwa kerusakan terumbu karang sebagai penyebab utama "pengecilan" daratan di Sulawesi Utara itu, Gybert Mamuaya, pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat, mempunyai analisis lain. Menurut Gybert, Pulau Sulawesi memiliki struktur geologi yang unik. Bagian utara Sulawesi sampai Selat Makassar mengalami pengangkatan daratan akibat tekanan dasar laut. Proses yang telah berlangung puluhan tahun inilah yang mendesak air laut masuk daratan. Dengan struktur geologi demikian, mestinya masyarakat pantai Manado harus lebih memperhatikan kelestarian lingkungan mereka, kalau tidak ingin lebih direpotkan oleh alam. Arif Zulkifli, Verrianto Madjowa (Manado)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus