Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Heboh video dari Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang merekam matahari terbit dari utara disesalkan banyak pihak. Sebab, peristiwa yang dikaitkan dengan tanda kiamat tersebut merupakan fenomena alami yang disebut gerak semu tahunan matahari.
Gerak semu tahunan matahari dipicu aktivitas revolusi bumi. Saat hendak memutari orbit, posisi poros bumi mengalami perubahan tidak tegak lurus, melainkan miring 23,5 derajat. Sehingga orang yang mengamati di bumi, terutama yang berada tepat di khatulistiwa, melihat matahari seakan-akan terbitnya dari utara atau selatan.
Momentum ini, khususnya bagi yang tinggal di kawasan Indonesia, disebut dengan istilah hari tanpa bayangan. Rentang waktunya terjadi antara Maret dan September setiap tahunnya.
Mengutip dari laman direktori.pauddikmasjabar.kemdikbud.go.id, awal proses terjadinya gerak semu tahunan matahari terjadi pada setiap 21 Maret. Pada tanggal tersebut, matahari seakan tampak tepat di daerah khatulistiwa, dan kemudian seolah-olah bergerak ke utara setelah mencapai 23,5 derajat Lintang Utara.
Kemudian, pada 22 Juni seakan-akan matahari kembali bergerak ke khatulistiwa. Selanjutnya pada 23 september matahari seolah-olah bergerak ke selatan setelah mencapai 23,5 Lintang Selatan. Lalu pada 23 Desember matahari akan kembali bergerak menuju khatulistiwa.
Tak hanya memicu gerak semu tahunan matahari, aktivitas revolusi bumi juga menyebabkan terjadinya pergantian musim di berbagai belahan dunia lainnya.
TIKA AYU
Baca juga: Video Viral Matahari Terbit dari Utara, BMKG: Sedih
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini