HUJAN es di daerah tropis memang tidak lazim. Ketika bulan lalu
hujan es turun di sebagian Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat, segera saja orang menghubungkan peristiwa tersebut dengan
kegiatan Gunung Merapi di wilayah itu. Dan orang makin tambah
yakin ketika Ir. Johan Aliusius M.Sc, ahli klimatologi dari
Universitas Andalas, Padang mngungkapkan bahwa partikel debu
memang berperanan dalam proses pembentukan hujan es.
Kepala Dinas Pengawasan Gunung Merapi, Bustaman Datuk Rajo
Imbang, menyangkal adanya hubungan itu. Ia mengatakan bahwa
Gunung Merapi tidak menunjukkan kegiatan akhir-akhir ini. Gunung
itu tetap normal dengan suhunya antara 105 - 110 derajat Celcius
dan sudah lama tidak meniupkan debu ke udara.
Lantas, biang keladinya? Banyak faktor yang mempengaruhi.
Derasnya arus udara, kejenuhan zat air suhu tekanan, banyak
partikel debu dan macam-macam lagi. Tapi sebagai prasyarat
turunnya cairan -- dalam bentuk gerimis, hujan, atau salju --
uap air di udara harus mengendap dulu menjadi awan. Ini terjadi
sewaktu, uap itu mencapai lapisan atmosfir yang dingin dan
bertekanan rendah.
Adakalanya uap air itu langsung membeku sebelum sempat menjadi
air dulu. Itulah yang kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan
salju. Tapi jika lapisan udara di atas bumi tidak cukup dingin,
maka salju itu akan meleleh sebelum sampai di tanah. Dan inilah
yang sering terjadi di wilayah tropis, misalnya Indonesia,
sehingga jarang terlihat adanya hujan salju.
Umumnya hujan es turun di wilayah beriklim sedang, seperti di
Amerika Serikat, India Utara atau Afrika Selatan. Meski tak
banyak diketahui, beberapa daerah di Indonesia sewaktu-waktu ada
juga yang disiram hujan es. Menurut Pusat Meterrologi dan
Geofisika, cuma daerah pinggiran Bogor yang tiap tahun rutin
kena hujan es.
Turunnya hujan es dekat Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar cukup
mengejutkan orang. Apalagi dalam jangka belasan bulan ini sudah
dua kali terjadi. Desember 1979 hujan es turun di wilayah yang
sama -- daerah yang terkena sekitar 7 km persegi. Ketika itu
beberapa hektar padi sedang menguning sempat rusak ditimpa
butiran es. Tapi hujan es yang turun baru-baru ini tidak sampai
menimbulkan kerusakan walau ukurannya sebesar kelereng. Ukuran
paling besar ditemui orang adalah ketika hujan es melanda kota
Potter, Nebraska, Amerika Serikat di tahun 1928. Satu butir es
ada yang beratnya mencapai 700 gram dan bergaris tengah 14 cm.
Mengenai hujan es di Batusangkar sebetulnya tidak aneh. Menurut
Datuk Rajo Imbang bahkan merupakan kejadian rutin. Sebab kawasan
ini memang berhawa sejuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini