Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat mencatat adanya 874 hektare (Ha) lahan sawah yang mengalami puso atau gagal panen sepanjang musim tanam padi 2023/2024. Periode tanam yang dimulai sejak Oktober 2023 hingga 15 Februari 2024 itu terdampak bencana yang dipicu perubahan iklim, mulai dari banjir, kekeringan, serta longsor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang terdampak 6.299 Ha, sedangkan yang puso hanya 874 Ha,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Dadan Hidayat di Bandung pada Rabu, 13 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari catatan lembaga pangan Jawa Barat itu, terdapat 119 Ha lahan puso dari total 3.436 Ha sawah yang terkena banjir. Lahan puso seluas 703 Ha juga muncul dari total 2.768 Ha sawah yang diserang kekeringan. Ada pula 52 Ha area puso dari 96 Ha sawah yang terdampak longsor.
Menurut Dadan, jumlah sawah yang terdampak perubahan iklim tersebut relatif kecil dibandingkan produksi padi Jawa Barat. “Pada beberapa daerah, curah hujan sangat tinggi sehingga menyebabkan longsor di area pegunungan dan banjir di pantai utara (pantura) akibat luapan air irigasi,” kata dia.
Pada musim tanam 2022/2023, persisnya sejak Oktober 2022 hingga September 2023, terdapat total 54.412 Ha lahan tanam yang terdampak krisis iklim. Dari luasan tersebut, ada 24.953 Ha sawah yang puso.
Bila dirincikan, lahan puso seluas 21.064 Ha datang dari sawah seluas 36.803 Ha yang dihajar banjir. Lahan 17.566 Ha yang kekeringan juga menghasilkan 3.851 Ha sawah puso. Sedangkan 38 Ha area puso lainnya muncul dari 42 Ha lahan yang terdampak longsor.