Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Inilah Penyebab dan Proses Terjadinya Angin Puting Beliung

Angin puting beliung adalah angin kencang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 knots per jam.

24 Februari 2024 | 17.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cuplikan video saat terjadi angin tornado pertama di Indonesia di Rancaekek, Bandung, Rabu, 21 Februari 2024. X.com/@@DhankSuhendar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyatakan fenomena angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, pada Rabu, 21 Februari 2024, merupakan angin puting beliung. Hal ini dikarenakan fenomena angin puting beliung memiliki skala kekuatan berputar dengan kecepatan kurang dari 70 kilometer per jam.

"Kejadian Rabu sore, kecepatan angin tercatat di automatic weather station (AWS) Jatinangor sebesar 36,8 kilometer per jam,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung, Teguh Rahayu, di Bandung, Kamis, 22 Februari 2024.

Akibat peristiwa tersebut, tercatat 14 pabrik terdampak dan 10 rumah rusak sedang di Kabupaten Sumedang. Warga terdampak menembus 412 KK dan 21 KK di antaranya atau setara 74 orang mengungsi. Sementara di Kabupaten Bandung tercatat 18 pabrik dan toko terdampak, 233 rumah rusak ringan, 119 rumah rusak sedang, dan 151 rumah rusak berat. Tercatat 422 KK atau setara 1.359 jiwa terdampak dan 21 orang luka-luka.

Lantas, apa penyebab dan proses angin puting beliung?

Dikutip dari jdpb.bnpb.go.id, angin puting beliung adalah angin kencang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 knots atau 64,4 kilometer per jam. Angin puting beliung terjadi dalam waktu singkat, sekitar 5 menit di luas wilayah yang lokal, umumnya kurang dari 2 kilometer persegi.

Bencana angin puting beliung sebagai akibat dari peristiwa hidrometeorologis meningkat kejadiannya pada masa peralihan musim atau pancaroba. Dilansir dari penanggulanganbencana.denpasarkota.go.id, angin ini disebabkan udara panas dan dingin bertemu. Kemudian saling bentrok dan terbentuklah angin puting beliung.

Selain itu, merujuk buku "Angin Puting Beliung" oleh Febby Mutiara Rahayu, angin puting beliung disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan sosial. Berdasarkan faktor alam, angin puting beliung dipengaruhi oleh waktu terjadinya.

Ketika musim penghujan, angin puting beliung disebabkan pertumbuhan awan Cumulonimbus. Sedangkan di musim kemarau, angin puting beliung dipicu oleh pusat tekanan rendah di suatu tempat. Umumnya angin puting beliung di musim kemarau akan terjadi di wilayah terbuka, seperti pemukiman dan perkebunan. Ketika wilayah tersebut terkena paparan panas sinar matahari yang tinggi, potensi terjadinya angin puting beliung juga akan semakin tinggi.

Semantara itu, di musim penghujan angin puting beliung dipicu oleh pertumbuhan awan Cumulonimbus secara tiba-tiba. Awan Cumulonimbus tersebut membawa uap air yang terus-menerus bertumpuk tebal dan melepaskan air yang disertai dengan pusaran angin yang membentuk angin puting beliung.

Di sisi lain, angin puting beliung akibat faktor sosial terjadi akibat jumlah vegetasi di suatu daerah atau wilayah dan global warmin. Potensi terjadinya angin puting beliung makin tinggi pada daerah yang memiliki jumlah vegetasi sedikit atau kurang. Hal tersebut dikarenakan panasnya suhu di daerah tidak ada yang mengontrol, yaitu berupa tumbuh-tumbuhan.

Sedangkan global warming dari alat-alat elektronik, seperti kulkas, AC, televisi, dan mesin cuci menyebabkan kenaikkan suhu udara atmosfer. Kenaikan suhu udara tersebut kemudian menimbulkan benturan udara sehingga menyebabkan terjadinya angin puting beliung.

Proses Terjadinya Angin Puting Beliung

Angin puting beliung biasanya terjadi ketika memasuki musim pancaroba, umumnya pada siang atau sore hari. Proses terbentuknya puting beliung berkaitan erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus (CB).

Pada fase tumbuh ini, di dalam awan cumulonimbus terdapat arus udara naik bertekanan sangat kuat. Selain itu, hujan belum turun dalam fase ini, sebab titik air dan kristal es tertahan arus udara naik menuju ke puncak awan.

Masuk fase dewasa, terjadi perbedaan suhu permukaan bumi dan atmosfer lapisan atas yang cukup besar. Didukung oleh arus udara yang sangat kuat dari permukaan menuju sel awan CB ini, umumnya disertai juga dengan arah angin yang berbeda antara angin lapisan permukaan dan atas.

Proses ini menyebabkan terbentuknya pusaran angin semacam "penjuluran" dari bagian awan CB hingga mendekati permukaan bumi. Lama-kelamaan, arus udara bergerak makin cepat, sehingga dikenal sebagai angin puting beliung.

ANWAR SISWADI

Pilihan Editor: Mengenali Microburst, Empasan Angin Kencang ke Bawah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus