Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan rintisan atau startup teknologi hijau, Envmission, meluncurkan alat pengelolaan sampah makanan bernama EnvmissionSuite. Teknologi ini bisa mengubah limbah makanan menjadi sumber daya yang bernilai tinggi, seperti bahan bakar berbasis tanaman (biofuel), biochar, serta syntetic gas (syngas).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chief Product Officer Envmission Muhamad Rangga Bermana mengatakan alat ini memakai pendekatan perilaku untuk membantu perusahaan, institusi, dan masyarakat menciptakan sistem pengelolaan limbah yang lebih efisien dan berkelanjutan. “Solusi ini meliputi pengelolaan limbah, analisis risiko iklim, pengembangan proyek karbon, dan pelaporan keberlanjutan,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 9 Desember 2024
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengembangan EnvmissionSuite menyasar segmen perusahaan atau institusi. Dengan skema bussiness to bussiness (B to B), calon pelanggan bisa mendapat tautan untuk registrasi dari Envmission. Inovasi ini sudah dihadirkan di lima daerah, salah satunya di Bogor dan Bumi Serpong Damai (BSD) dengan kapasitas limbah sebanyak dua ton per pekan.
Rangga memastikan entitasnya mendukung kalangan korporasi, komunitas, dan organisasi masyarakat maupun pemerintah yang sedang mengupayakan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. “Melalui ekosistem digital yang terintegrasi,” tuturnya.
Fitur utama yang disediakan EnvmissionSuite adalah EnvMeter, alat penghitung emisi gas rumah kaca scope 3 yang sesuai dengan standar Greenhouse Gas Protocol. EnvMeter membantu organisasi memahami dan mengelola jejak karbon mereka secara efektif. Ada juga Ecopilot, platform yang membantu proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan inisiatif keberlanjutan dengan mudah dan akurat.
“EnvmissionSuite mendukung organisasi dan perusahaan menciptakan proyek karbon offset yang sesuai dengan standar internasional, seperti Joint Crediting Mechanism (JCM),” ucap Rangga.
Ke depannya, Envmission yang bernama legal PT Enviro Misi Global itu masih akan mengembangkan EnvInsight, platform analisis risiko iklim dan skenario mitigasi. Produk tersebut bisa membantu lembaga keuangan mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko terkait perubahan iklim.
Ada pula rancangan pengembangan EnvReport, alat pelaporan keberlanjutan yang mematuhi standar global seperti International Financial Reporting Standards (IFRS), Global Reporting Initiative (GRI), dan Customer Data Platform (CDP). “Membantu organisasi menyampaikan laporan keberlanjutan yang transparan dan kredibel,” kata Rangga.
Dalam siaran resmi Envmission, perwakilan Pemerintah DKI Jakarta disebut menyatakan ketertarikan pada produk ini. Kepala Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan dan Pembangunan Jakarta, Deftrianov, mengatakan lembaganya bermitra dengan sejumlah startup bidang lingkungan yang memiliki beragam fokus.
“Kami tertarik berkolaborasi, nantinya kami akan bertemu dengan rekan-rekan Envmission untuk menindaklanjuti solusi teknologi yang dimiliki untuk mengatasi limbah makanan di Jakarta,” kata Deftrianov.