Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Gunung Kidul - Panen singkong di Gunung Kidul, Yogyakarta, tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal. Jenis singkong Ketan Bima Sena yang banyak ditanam petani di daerah itu diaku banyak diminati di luar Gunung Kidul.
"Petani mulai menanam Singkong Ketan Bima Sena yang memiliki nilai jual tinggi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto, Kamis 6 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bambang mengatakan itu mengumumkan musim panen untuk 45.816 hektare luas tanaman singkong pada bulan ini. Dia berharap panenan mampu mendukung ketahanan pangan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pada akhir Juli lalu, petani sudah memanen seluas 3.427 hektare. Sedangkan sisanya akan dipanen pada Agustus ini sehingga terjadi panen raya singkong di Gunung Kidul," kata Bambang.
Anggota Kelompok Tani Ngudi Raharjo di Dusun Plosokerep, Bunder Patuk, Tumiran, mengatakan kelompoknya masih terus mengembangkan singkong jenis Ketan Bima Sena. Ia menjelaskan singkong ini merupakan varietas lokal asli Gunung Kidul.
Satu pohon disebutnya bisa menghasilkan singkong seberat 6-7 kilogram dengan harga jual saat ini Rp 4-5 ribu per kilogram. "Tapi saya menjualnya dengan sistem tebas. Seribu batang dibeli seharga Rp 6.500.000,” katanya.
Dia berharap harga bisa terus stabil disertai inovasi dari petani dengan cara stek batang singkong dengan cara membuka batang tuna. Diharapkan dengan model ini hasil Singkong Ketan Bima Sena bisa lebih produktif. "Potensinya bisa mencapai 30-40 kilogram per batangnya,” kata Tumiran.
Anggota Kelompok Tani Ngudi Raharjo lainnya, Martono membenarkan kalau hasil panen memuaskan karena ukuran singkong besar-besar. "Mudah-mudahan sekarang harganya bisa lebih baik dan petani dapat memperoleh keuntungan,” katanya.