Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memberi kabar yang cukup menggembirakan pada Selasa, 10 Januari 2023, bahwa lubang di lapisan ozon berkurang berkat upaya kerja sama secara global selama puluhan tahun untuk memperbaikinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ilmuwan pertama kali menemukan lubang menganga di atas Antartika pada tahun 1985. Beberapa tahun kemudian, negara-negara di seluruh dunia mengadopsi Protokol Montreal, sebuah upaya global untuk menghilangkan “zat perusak ozon”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini, berkat pekerjaan itu, para ilmuwan berharap lapisan ozon mulai terlihat lebih normal dan sehat dalam beberapa dekade mendatang. Dengan adanya perbaikan terhadap ozon, dapat menurunkan risiko kanker kulit dan katarak pada manusia, serta kerusakan akibat sinar Matahari pada tanaman.
Menurut perkiraan WMO, sekitar tahun 2066 lapisan ozon akan kembali seperti tahun 1980 di atas Antartika, sebelum ada lubang yang menganga. Karena penipisan ozon adalah yang paling parah di sana, daerah lain diperkirakan akan pulih lebih cepat.
Jika di utara, tepatnya di atas Kutub Utara, lapisan ozon akan terlihat seperti pada tahun 1980 pada tahun 2045, maka untuk seluruh dunia, pemulihan itu diharapkan pada tahun 2040. Panel pakar PBB mempresentasikan temuan tersebut selama pertemuan tahunan American Meteorological Society, Selasa. Tentu saja, kemajuan itu bergantung pada penerapan kebijakan yang membatasi zat perusak ozon yang mengganggu itu.
Molekul ozon di stratosfer menyerap radiasi UV-B yang merusak dari Matahari, mencegahnya mencapai kita. Itu adalah bagian dari proses penciptaan dan penghancuran ozon yang konstan di atmosfer kita. Tapi, ketika bahan kimia tertentu melayang di sana, keseimbangan itu hilang dan menyebabkan lebih banyak ozon yang dihancurkan daripada yang diciptakan.
Beberapa pelanggar terburuk adalah klorofluorokarbon (CFC) yang pernah digunakan dalam lemari es, AC, semprotan aerosol, dan sejumlah produk lainnya. Lalu ada hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), yang dikembangkan sebagai pengganti CFC yang kurang kuat yang masih merusak lapisan ozon. Untungnya, saat ini, Protokol Montreal telah berhasil menghapuskan sekitar 99 persen zat perusak ozon secara bertahap.
Kesepakatan global untuk melindungi lapisan ozon juga bermanfaat bagi upaya memperlambat perubahan iklim. Zat perusak ozon diganti dengan kelas bahan kimia lain yang kebetulan merupakan gas rumah kaca yang kuat, yang disebut hidrofluorokarbon (HFC). Perjanjian Kigali ditambahkan ke Perjanjian Montreal pada tahun 2016 untuk membatasi bahan kimia yang memanaskan planet tersebut.
Usaha memberhentikan HFC secara global diharapkan dapat mengurangi pemanasan global secara signifikan, diharapkan hingga setengah derajat Celcius pada tahun 2100. Sebagai contoh, dunia telah menghangat sekitar 1,2 derajat Celcius sejak era praindustri — memperburuk banyak bencana cuaca ekstrem yang kita alami saat ini.
Tetap Waspada
Walau ada kabar baik dari WMO, namun tetap harus waspad. Panel ahli memperingatkan bahwa "geoengineering" - dengan sengaja memanipulasi iklim dan/atau atmosfer untuk memperbaiki beberapa kerusakan yang telah kita lakukan dengan membakar bahan bakar fosil - berpotensi merusak lapisan ozon. Mereka sangat khawatir dengan taktik yang disebut injeksi aerosol stratosfer (SAI).
Para pendukung berpendapat bahwa taktik tersebut dapat membantu mendinginkan planet ini karena aerosol mungkin memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke luar angkasa. Tetapi SAI “menghadirkan risiko yang signifikan dan dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan,” menurut laporan yang didukung WMO baru-baru ini. Beberapa pakar iklim telah membunyikan lonceng peringatan atas upaya pelepasan partikel sulfur reflektif baru-baru ini oleh salah satu startup di stratosfer.
Namun demikian, penghentian bahan kimia perusak ozon dianggap sebagai contoh dari apa yang dapat dicapai orang ketika mereka mengatasi krisis lingkungan global bersama-sama. “Tindakan ozon menjadi preseden untuk aksi iklim. Kesuksesan kita dalam menghentikan bahan kimia pemakan ozon menunjukkan kepada kita apa yang dapat dan harus dilakukan - sebagai hal yang mendesak - untuk beralih dari bahan bakar fosil, mengurangi gas rumah kaca, dan dengan demikian membatasi kenaikan suhu,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.