Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akhir-akhir ini, warganet Indonesia di media sosial mempertanyakan kenapa cuaca di Indonesia panas sekali. Terpantau cuaca di Indonesia sangat terik dan membuat suasana menjadi lebih gerah, meskipun seharusnya sudah masuk musim penghujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, cuaca yang terik juga membuat aktivitas di luar ruangan menjadi tidak nyaman. Ini menjadi hal yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, kenapa cuaca di Indonesia panas sekali dan kapan berakhirnya? Berikut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia.
Kenapa Cuaca di Indonesia Panas Sekali
Melalui siaran pers terbarunya, BMKG menjelaskan alasan kenapa Indonesia mengalami cuaca yang terik akhir-akhir ini, meski di beberapa wilayah mengalami turun hujan secara sporadis atau tidak merata. Menurut penjelasan BMKG, hal ini merupakan ciri khas dari peralihan musim.
Hujan di periode 11-17 Oktober seringkali bersifat lokal dan tidak merata, dengan intensitas yang bervariasi antara sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Selama peralihan musim ini, kondisi atmosfer cenderung menjadi labil dibanding musim kemarau.
Kondisi atmosfer yang tidak menentu ini meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB). Awan-awan ini bisa memicu cuaca ekstrem, seperti petir, angin kencang, bahkan hujan es di wilayah dan pada kondisi tertentu.
Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk tetap waspada menghadapi cuaca yang terik dan potensi hujan lebat dalam beberapa hari ke depan. Hujan dengan intensitas tinggi bisa terjadi kapan saja dan mungkin disertai petir serta angin kencang.
Prediksi Memasuki Musim Penghujan
Dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Selain itu, MJO berada pada fase 3 Netral (Indian Ocean) yang menunjukkan kurang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Hal ini menunjukkan cuaca terik di Indonesia kemungkinan masih akan terjadi dalam satu pekan kedepan.
Selain itu, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan aktif di wilayah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Selatan dalam sepekan ke depan. Sementara untuk aktivitas gelombang atmosfer Kelvin terpantau di sebagian wilayah Sumatra Barat, Jambi, dan Pulau Jawa untuk sepekan kedepan. Faktor-faktor ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.
Selain itu, curah hujan pada dasarian II Oktober 2024 juga umumnya diprediksi berada di kriteria rendah hingga menengah (0-150 mm/dasarian). Hanya ada beberapa wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori tinggi sampai sangat tinggi (>150 mm/dasarian).
Wilayah tersebut meliputi Jawa Barat bagian barat, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat bagian selatan, sebagian Papua Barat dan sebagian kecil Papua.
Secara umum, kombinasi fenomena cuaca juga diperkirakan menimbulkan potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di beberapa wilayah. Mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung.
Di pulau Jawa, fenomena itu akan terjadi di Banten dan Jawa Barat. Sementara di luar Jawa, akan terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Hujan lebat disertai kilat dan angin kencang juga mungkin terjadi di Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.