Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kisah Ular Sangat Berbisa Gigit Bocah Penggembala di Lembata

Jenis ular ini langka dan hanya pernah ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Apa jenisnya dan bagaimana pertolongan yang diberikan?

22 Januari 2020 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dokter Tri Maharani (kiri) bersama pasien gigitan ular sangat berbisa Daboia ruselli simanensis saat mendapat perawatan di RS Lembata. (ANTARA/Istimewa)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kupang - Martinus (12), korban gigitan ular langka di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), berhasil diselamatkan. Bocah penggembala itu adalah korban gigitan ular Daboia ruseli siamensis yang dikenal sangat berbisa. 

"Saya terharu, akhirnya kasus berat Daboia ruseli siamensis ini berhasil selamat dan sebagai kasus pertama di Indonesia," kata Tri Maharani, Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Daha Husada Kediri, Jawa Timur, dalam wawancara dengan Antara di Kupang, Rabu 22 Januari 2020.

Tri Maharani adalah ahli toxinologi satu satunya di Indonesia dan menangani korban gigitan ular sangat berbisa di Lembata itu. Martinus dilaporkan digigit ular pada kakinya saat sedang mengembalakan ternak sapi pada 14 Januari 2020.

Akibat gigitan itu, Martinus mengalami kesadaran yang sangat jelek. Dia terus mengalami pendarahan dari mulut, hidung, dan mengalami kegagalan nafas. "Sebagai ahli toxinologi satu satunya di Indonesia, saya tahu jenis ular Daboia ruselli simanensis sangat berbisa," kata Tri.

Dia menyebutkan jenis ular itu langka dan hanya pernah ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Pernah ada kasus gigitannya di Tulungagung pada tahun lalu dan di Semarang dua tahun lalu namun tak terkonfirmasi karena kedua korban meninggal.  

Tri menerangkan, Daboia ruseli siamensis adalah ular golongan viperia ruselli. Sifat toksinnya hematotoxin myotoxin renal toxicity, dan ada yang neurotoxin, menurut riset dari dr Tan Malaysia, katanya menjelaskan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ular Daboia Siamensis. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan setelah mendapat telepon dari dokter PTT di Lembata, dirinya memutuskan untuk terbang ke Bangkok untuk membeli antivenom monovalen daboia ruseli siamensis. "Saya di Bangkok hanya beberapa jam. Setelah membeli obat, saya kembali ke Jakarta dan keesokan harinya terbang ke Kupang dan selanjutnya ke Lembata," katanya.

Setelah tiba di Lembata, segera memberikan antivenom itu dua buah. Saat itu, diceritakannya, kondisi Martinus buruk. "Pendarahan banyak, kesadaranya menurun dan creatinin 7,4, uerum 408 sebagai tanda gagal ginjal akut dan lekosit sangat tinggi 16.000an, tanda neurotoxin masih kuat," katanya.

Saat ini, Tri ikut bersyukur karena Martinus sudah berhasil diselamatkan. "Ini kasus pertama hidup di Indonesia dari kasus gigitan ular sangat berbisa itu," kata Tri Maharani.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus