Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kondisi Gunung Semeru Terkini: Tersisa 3 Juta Meter Kubik Kubah Lava

Hasil pemantauan menunjukkan aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif.

14 Januari 2022 | 18.04 WIB

Awan panas guguran keluar melalui bukaan aliran lava baru Gunung Semeru terpantau dari Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa 21 Desember 2021. Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Lapan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat Gunung Semeru mengalami perubahan bentuk di wilayah kawah hingga lereng bagian tenggara akibat aktivitas vulkanik berupa luncuran awan panas guguran. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Perbesar
Awan panas guguran keluar melalui bukaan aliran lava baru Gunung Semeru terpantau dari Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa 21 Desember 2021. Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Lapan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat Gunung Semeru mengalami perubahan bentuk di wilayah kawah hingga lereng bagian tenggara akibat aktivitas vulkanik berupa luncuran awan panas guguran. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Sub Koordinator Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Nia Haerani, mengatakan hasil pengukuran terbaru mendapati kubah lava yang tersisa di puncak Gunung Semeru setelah letusan pada 4 Desember 2021 berkisar 3 juta meter kubik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada 4 Desember 2021 terjadi pembongkaran kubah lava di daerah puncak, dan saat ini tersisa sekitar 3 juta meter kubik kubah lava di bagian puncak,” kata dia, dalam diskusi daring, Jumat, 14 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Nia mengatakan aktivitas kegempaan yang didominasi gempa guguran menunjukkan indikasi masih terjadinya penambahan volume kubah lava di daerah puncak Gunung Semeru.

“Saat ini aktivitas didominasi oleh gempa guguran di mana gempa guguran membawa material batuan ke permukaan dan berpotensi terjadi akumulasi batuan di lereng dan ini berpotensi menjadi awan panas guguran,” kata dia.

Nia mengatakan, hasil pemantauan menunjukkan aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif. “Dari tingkat aktivitas dinilai bahwa tingkat aktivitas Semeru masih ditetapkan di Level III, Siaga,” kata dia.

Sejak 1818 hingga saat ini Gunung Semeru sudah mengalami 56 kali erupsi. Skala indeks erupsi berada di angka satuan 1 hingga 3 VEI (Volcanic Explotion Index). Erupsi Semeru memiliki interval paling pendek 1 tahun dan terpanjang 28 tahun.

Menurut catatan Badan Geologi, erupsi Gunung Semeru tahun 1976 menyebabkan korban jiwa terbanyak, yakni 119 orang meninggal dunia. Sementara erupsi yang terjadi tahun 1981 menghasilkan aliran piroklastik sepanjang Besuk Sat dan Besuk Kembar dengan volume 6,2 juta meter kubik. Pada tahun 1982 terjadi aliran lahar di Kali Glidik hingga mencapai pantai selatan.

Nia mengatakan sebaran material erupsi Gunung Semeru dominan ke sektor tenggara dan selatan. Sebaran material tersebut umumnya berasal awan panas yang berasal dari kubah lava, atau dari ujung aliran lava. Erupsi pada 4 Desember 2021 memecahkan rekor jangkauan awan panas guguran yang mencapai 16 kilometer.

“Untuk 2021 jangkauannya relatif lebih jauh. Bagaimana bisa terjadi seperti ini, perkiraan awal kami bahwa pada Desember itu adalah kejadiannya mix antara dome collaps (runtuhnya kubah lava), dan bersamaan diikuti dengan guguran lava dari ujung aliran lava sehingga jangkauannya lebih jauh,” kata Nia.

Pemantauan aktivitas Gunung Semeru pascaerupsi 4 Desember 2021 menunjukkan masih terjadinya awan panas guguran. “Awan panas guguran terakhir 8 Januari 2021. Tapi terlihat di grafik bahwa jarak luncuran awan panas guguran cenderung menurun dibandingkan puncaknya 4 Desember 2021," kata dia.

Selain awan panas guguran, tambahnya, masih terjadi hembusan gas yang sangat aktif di puncak dengan ketinggian maksimal 1.000 meter di atas puncak. "Hembusan gas berwarna putih didominasi uap air, tapi kadang-kadang lebih kelabu, artinya ada material batuan yang terbawa ke permukaan. Itu secara visual,” kata dia.

Baca:
Meluas, Badan Geologi Revisi Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Semeru

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus