Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Desak Pembebasan Aktivis, Greenpeace Demo di Depan Kedubes Korea Selatan

Aktivis Greenpeace Indonesia menggelar aksi menuntut pembebasan lima rekan mereka yang ditahan di Korea Selatan.

23 April 2025 | 13.35 WIB

Aktivis Greenpeace melakukan aksi damai sebagai bentuk solidaritas terhadap lima aktivis Greenpeace yang ditahan di Korea Selatan sejak November 2024 di depan kantor Kedubes Korea Selatan, Jakarta, 23 April 2025. Tempo/Ilham Balindra
Perbesar
Aktivis Greenpeace melakukan aksi damai sebagai bentuk solidaritas terhadap lima aktivis Greenpeace yang ditahan di Korea Selatan sejak November 2024 di depan kantor Kedubes Korea Selatan, Jakarta, 23 April 2025. Tempo/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis Greenpeace Indonesia menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Korea Selatan, Jakarta, 23 April 2025. Mereka menuntut pembebasan lima rekannya yang ditahan di Korea Selatan sejak November tahun lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, para aktivis mulai berdatangan pukul 09.05 WIB, tepat di gerbang masuk kedubes. Sekitar 20 orang, sebagian besar mengenakan pakaian serba hitam, berkumpul dengan membawa berbagai atribut protes, termasuk spanduk kuning bertuliskan “Bring Our Activists Home”. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tengah barisan massa, berdiri mencolok sebuah banner raksasa setinggi dua kali tinggi manusia. Banner itu menggambarkan sebuah kapal tanker “Plastic Chemicals Tanker”  terapung di laut yang dipenuhi sampah plastik. Lima sosok ditampilkan dalam ilustrasi tersebut dengan nama-nama: Captain Hettie, Ash, Al, Jens, dan Sam—mewakili lima aktivis Greenpeace yang hingga kini tidak mendapat izin pulang ke negara masing-masing. 

Beberapa peserta aksi juga menyalakan ponsel mereka, menampilkan pesan yang sama dalam layar, “Bring Our Activists Home”. Aksi kelima aktivis yang ditahan itu merupakan bagian dari tur Rainbow Warrior bertajuk ‘Sailing for Change: The Plastic Free Future Tour’, yang menyerukan penghentian produksi plastik sekali pakai, serta mendesak para pemimpin dunia untuk mengambil langkah nyata dalam menghentikan polusi plastik.

Juru Kampanye Isu Perkotaan dan Sampah Ibar Akbar mengatakan aksi hari ini merupakan aksi solidaritas. “Karena beberapa teman kita, aktivis Greenpeace Internasional, masih tertahan di Korea Selatan sejak aksi mereka menaiki kapal,” katanya ketika ditemui Tempo di lokasi, Rabu, 23 April 2025. 

Ibar menjelaskan, kelima aktivis tersebut berasal dari berbagai negara: Taiwan, Jerman, Inggris, Meksiko, dan Belanda. Mereka ditangkap usai melakukan aksi damai di kapal tanker pengangkut propylene, bahan baku plastik yang bersumber dari bahan bakar fosil, di kompleks penyulingan Hyundai Daesan, Korea Selatan, pada 30 November 2024.

“Harapannya, aksi-aksi lingkungan seperti (di Korea Selatan) ini bisa mendapatkan perlindungan secara hukum maupun advokasi,” ujar Ibar. Pihaknya juga menghormati dan akan mengikuti proses hukum yang masih berjalanan di Korea Selatan. “Proses hukumnya kami masih menunggu sampai 16 Mei, karena masuk ke peradilan Korea Selatan.“

Dalam aksi di Jakarta ini, Greenpeace juga menyerahkan surat resmi kepada Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia beserta perwakilannya yang berisi tuntutan pencabutan larangan perjalanan dan pemulangan segera lima aktivis ke negara asal mereka. "Menahan aktivis lingkungan selama berbulan-bulan karena aksi damai adalah sinyal bahaya bagi demokrasi,” ucap Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia.

Krisis plastik, kata Leonard, merupakan ancaman global yang semakin mendesak untuk segera ditangani. Data dari United Nations Environment Programme (UNEP, 2023) mencatat bahwa lebih dari 430 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya. Namun, hanya sebagian kecil yang dikelola secara berkelanjutan. Menurut laporan OECD (2022), hanya 9 persen limbah plastik global yang berhasil didaur ulang, sementara 12 persen dibakar dan hampir 80 persen sisanya berakhir mencemari lingkungan, dari daratan hingga lautan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus