Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Lama Tapi Tenar: Bajakah, Lidah Mertua, dan Kini Vetiver

Jenis rumput, vetiver, tiba-tiba ramai diperbincangkan dan menghiasi pemberitaan.

10 Januari 2020 | 20.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tanaman lidah mertua (sancievera). TEMPO/ Tri Handiyatno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jenis rumput, vetiver, tiba-tiba ramai diperbincangkan dan menghiasi pemberitaan. Jenis ini bukan temuan baru, tapi menjadi naik daun karena situasi lingkungan yang sedang terjadi, yakni bencana tanah longsor. Presiden Jokowi menginstruksikan kepala daerah terdampak longsor di awal tahun ini untuk reboisasi menggunakan vetiver. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Vetiver tidak sendirian, Tempo merangkum setidaknya ada dua jenis tumbuhan atau tanaman lain yang serupa. Mereka menjadi buah bibir karena manfaatnya yang dimunculkan mengikuti situasi lingkungan maupun kebutuhan medis.   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut detail penjelasan tanaman tersebut:

1. Lidah Mertua

Tanaman kaya kandungan air ini telah lama dikenal dapat menyerap zat pencemar udara. Lidah mertua merupakan pembersih udara karena secara konsisten menghilangkan racun seperti formaldehyde, xylene, toluene dan nitrogen oksida. Itu sebabnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah Gubernur Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan menanam lidah mertua untuk mengurangi polusi udara Ibu Kota.

Penanaman bagian dari instruksi Anies dalam pengendalian kualitas udara Jakarta. Instruksi dikeluarkan awal Agustus 2019 setelah Jakarta berulang kali terukur dalam situs AirVisual sebagai kota paling tidak sehat di dunia. 

Instruksi penanaman lidah mertua tersebut memicu pro dan kontra. Di antaranya karena lidah mertua dianggap hanya cocok di dalam ruangan. Belum banyak penelitian mengungkap efektivitas lidah mertua di ruang terbuka.

2. Bajakah

Tanaman langka Bajakah menjadi buah bibir setelah penelitian tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, mendapatkan medali emas dalam World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, pada 28 Juli 2019. Penelitian itu mengangkat khasiat akar tanaman tersebut yang selama ini digunakan masyarakat setempat sebagai obat tradisional.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyatakan bahwa Akar Bajakah aman, Senin, 26 Agustus 2019.

“Diduga karena kandungan senyawa aktif antioksidan yang berlimpah, sehingga mampu menjadi penawar radikal bebas," kata peneliti di Laboratorium Kimia Bahan Alam Pusat Penelitian Biologi LIPI Ahmad Fathoni, menanggapi khasiat Bajakah. 

Namun, menurut Fathoni, tetap diperlukan identifikasi lebih lanjut terkait nama ilmiah untuk keberlangsungan tetap terjaga, selain diperlukan isolasi senyawa aktifnya agar lebih efektif digunakan sebagai obat antikanker. Fathoni juga menjelaskan, untuk pengobatan kanker atau tumor perlu dilakukan praklinis (melalui serangkaian uji hewan percobaan) hingga uji klinis (pengujian ke manusia) terkait aspek keamanan dan khasiat, sehingga grade obat tradisional (jamu) meningkat menjadi bentuk sediaan obat herbal terstandar maupun sediaan fitofarmaka.

3. Vetiver

Presiden Joko Widodo memberikan beberapa instruksi untuk mengatasi bencana tanah longsor di wilayah Jabodetabek. Salah satunya adalah melakukan penanaman vetiver yang diklaim dapat menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga kestabilan tanah.

"Saya kira tanaman vetiver, akar wangi, akan saya cari sebanyak-banyaknya bibit dan benih. Sehingga bisa kita lakukan penanaman terutama di Lebak dan Kabupaten Bogor," kata Jokowi, dalam keterangan yang diterima dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 8 Januari 2020.

Instruksi tersebut disampaikan kepada sejumlah kepala daerah di Istana Merdeka, bersama Kepala BNPB, Menteri PU, Menteri LHK, dan Seskab.

Mengutip laman The Plantist, terdapat sekitar 21 jenis vetiver termasuk tiga varietas dengan nama marga vetiveria. Tapi, setelah direvisi marganya menjadi Chrysopogon menjadi 12 jenis. Salah satu jenis yang sering dimanfaatkan adalah Chrysophogon zizaionide.

Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Deden Girmansyah, meskipun vetiver sangat toleran dengan beberapa keadaan ekstrem tanah dan iklim seperti rumput pada umumnya, tapi tidak toleran terhadap tempat yang teduh. “Karena vetiver merupakan tanaman pendatang, maka penanamannya harus diawasi dan dikelola dengan baik. Jangan sampai meliar dan menjadi invasif,” katanya dalam akun Twitter resmi LIPI, @lipiindonesia.

 

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus