Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini muncul laporan disertai rekaman video amatir warga soal keberadaan macan tutul di sejumlah lokasi di Jawa Barat. Sepekan lalu di Pangalengan, Kabupaten Bandung, macan tutul dengan bulu dominan berwarna hitam alias macan kumbang, terekam berkeliaran di lereng yang ditanami sayuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu sekitar dua bulan lalu, menurut aktivis lingkungan Dedi Kurniawan, sekelompok pemburu babi hutan dan anjingnya bertemu dengan macan tutul di Taman Buru Gunung Kareumbi. Dari rekaman video, terlihat macan tutul menghindar dengan cara memanjat lebih tinggi pada sebatang pohon. Laporan lain datang dari Gunung Sawal di Ciamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dedi meminta pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mengantisipasi konflik warga dengan macan tutul dengan cara patroli. Sejauh ini dari laporan yang diterima, macan tutul yang masuk ke kawasan warga selalu diusir. “Apresiasi bagi masyarakat perlu ditingkatkan melalui edukasi, sosialisasi, dan patroli bersama,” ujarnya, Jumat, 12 Agustus 2022.
Macan tutul jawa yang bernama latin Panthera pardus melas, merupakan kucing besar yang tersisa setelah harimau jawa dinyatakan punah pada 1980-an. Status macan tutul kini diambang kepunahan atau critically endangered. Menurut peneliti macan tutul dari Badan Riset Inovasi Nasional, Hendra Gunawan, banyak sebab yang membuat macan tutul keluar dari hutan dan masuk ke area kebun atau permukiman.
Berdasarkan hasil risetnya, keluarnya macan tutul dari hutan tidak tergantung musim kemarau atau hujan. Untuk tahu sebabnya, faktor pertama yang harus dipastikan adalah jenis kelamin, usia, dan perilaku macan tutul di luar hutan.
Jika yang terlihat warga macan betina dengan atau tanpa anak, hal itu mengindikasikan macan tutul kekurangan atau sulit berburu mangsa. Sementara kalau macan tutul jantan muda, ada kemungkinan dia merupakan individu baru yang mengindikasikan pertambahan populasi.
Adapun jika dalam perebutan teritori macan tutul jantan muda berhasil mengalahkan seniornya, macan tutul jantan yang tua itu keluar hutan. Faktor lain adalah ladang, kebun, atau pemukiman yang disambangi macan tutul merupakan wilayah jelajahnya. “Kalau itu bukan kesalahan atau fenomena menyimpang dari macan tutul,” ujar Hendra.
Menurutnya, reproduksi macan tutul tergolong bagus seperti kucing. Anak macan tutul bisa mencapai empat ekor per kelahiran. Karena itu populasinya bisa terus bertambah, sementara daerah habitatnya tidak, dan cenderung berkurang. “Terkait dengan antisipasi ke depan, kita harus membiasakan hidup berdampingan dengan macan tutul.”
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.