Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Kematian Berulang di Smelter Nikel Morowali

Kecelakaan kerja di smelter nikel IMIP terus berulang. Pembangkit listrik juga menimbulkan penyakit dan kerusakan lingkungan.

8 Oktober 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPANJANG dua tahun terakhir, kawasan industri milik PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menjadi langganan dirundung kecelakaan kerja. Kasus teranyar adalah kematian buruh bernama Andri yang bekerja di smelter nikel, divisi rotary kiln conveyor, PT Walsin Nickel Industrial Indonesia (PT WNII) pada Sabtu, 28 September 2024. 

Andri meninggal setelah terjatuh dari ketinggian lebih dari 20 meter dari atas mesin ban berjalan. “Sebelum terjatuh, dia diduga tergiling mesin konveyor lebih dulu,” kata anggota staf kampanye Yayasan Tanah Merdeka, Mohammad Azis, dalam keterangannya pada Jumat, 4 Oktober 2024. 

Menurut Azis, sedikitnya terjadi 17 kecelakaan kerja sepanjang 2024. Persoalannya, perusahaan disebut tidak membenahi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai sehingga kecelakaan terus berulang. Tahun lalu, kata Azis, ada 21 pekerja yang tewas dalam kecelakaan kerja di kawasan industri nikel tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMIP merupakan bagian dari proyek strategis nasional yang dibangun sejak 2015 sebagai kawasan penghiliran nikel. Di dalamnya terdapat 41 perusahaan, salah satunya PT WNII yang memproduksi nickel pig iron (NPI)—bahan baku utama untuk produksi baja tahan karat. Di sana juga ada korporasi yang memproduksi campuran padatan hidroksida dari nikel dan kobalt atau mixed hydroxide precipitate, besi, aluminium, kokas, benzena, hingga bahan baku baterai mobil listrik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saban tahun, kawasan industri ini mampu menghasilkan 150 juta ton hasil produksi yang diekspor ke Cina dan negara-negara lain. Dengan kapasitas produksi sebesar itu, IMIP dibekali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dengan daya 5.319 megawatt dan 1.520 megawatt. Perusahaan ini juga mengklaim mampu menyerap tenaga kerja hingga 80.259 orang. Proyek ini dirancang sebagai upaya transisi energi bersih dengan menciptakan ekosistem industri baterai kendaraan listrik.

Pekerja industri nikel melintas di jalur menuju kawasan industri berbasis nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, 31 Desember 2023. ANTARA/Mohamad Hamzah

Staf Departemen Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah Wandi menceritakan bahwa realisasi proyek raksasa IMIP tak seindah bayangan pemerintah. Dia mencontohkan kasus Andri, yang tewas diduga akibat kelelahan. “Bahkan kami sudah mafhum, sebagian besar kecelakaan terjadi akibat beban dan jam kerja karyawan yang melebihi delapan jam,” kata Wandi.

Wandi menceritakan, pada hari sebelum Andri ditemukan tewas, buruh itu telah bekerja dari Jumat, 27 September 2024, pukul 19.00 Wita. Jam kerja Andri baru berakhir keesokan harinya, yakni Sabtu, sekitar pukul 06.00. Namun nahas, kata Wandi, Andri justru tewas terjatuh sesaat sebelum jam kerjanya berakhir. Karena alasan tersebut, dia menduga Andri mengalami kecelakaan karena kelelahan—meski hal itu belum dibuktikan lantaran perusahaan tak mengautopsi jenazah korban.

Tak hanya satu-dua kali, ternyata sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi di IMIP selalu berlangsung pada pagi hari. Waktu-waktu tersebut merupakan saat pergantian shift kerja bagi karyawan. Misalnya, tragedi yang menewaskan 21 pekerja PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) pada 24 Desember 2023, pukul 05.30 Wita. Kala itu tungku feronito di lantai dua tiba-tiba meledak disertai semburan api yang membakar pekerja. Kecelakaan diduga terjadi akibat kelalaian dalam menjaga keselamatan kerja.

Ledakan tungku smelter kembali terjadi di kawasan industri IMIP pada 13 Juni 2024. Kejadian tersebut mengakibatkan dua pekerja luka-luka. Insiden serupa berulang pada 10 Agustus 2024, saat cairan logam panas di tempat peleburan PT Lestari Smelter Indonesia (LSI) meluber ke lantai. Wandi mengatakan pelbagai kecelakaan tersebut belum termasuk insiden-insiden kecil yang mengakibatkan pekerja luka ringan atau sedang.

China Labor Watch (CLW)—organisasi masyarakat sipil yang berbasis di Amerika Serikat—turut mencatat pola-pola pengabaian keamanan dan keselamatan pekerja di industri IMIP. Mereka menemukan praktik eksploitasi tenaga kerja dan kasus kematian di tempat kerja yang terus berulang. “Masalah yang dialami pekerja ini juga mengarah pada kerja paksa,” demikian tulisan CLW dalam laporannya yang dipublikasikan pada tahun lalu.

Pekerja PT Walsin Nickel Industrial Indonesia (WNII) usai terjatuh di kawasan industri nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah, 28 September 2024. Istimewa

Direktur Program Trend Asia Ahmad Ashov Birry juga meneliti soal kecelakaan kerja berulang di IMIP. Organisasi nirlaba di bidang lingkungan itu mencatat setidaknya ada 93 kasus kecelakaan kerja yang terjadi sejak perusahaan beroperasi. “Kami duga karena penggunaan teknologi pyrometallurgy rotary kiln electric furnace (RKEF) untuk smelter dari Cina,” ucap Ashov.

Rotary kiln merupakan area yang memiliki potensi bahaya tinggi karena adanya proses peleburan menggunakan suhu tinggi yang mencapai ribuan derajat Celsius. Selain itu, penggunaan teknologi ini melibatkan reaksi kimia serta mesin yang terus berputar. Persoalannya, selama ini IMIP diduga menggunakan teknologi murah sehingga kerap memicu kerusakan yang berbuntut kecelakaan kerja.

Kepala Divisi Relasi Media PT IMIP Dedy Kurniawan menyatakan perusahaannya tak henti-hentinya melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk seluruh karyawan. “Selain itu, briefing sebelum mulai bekerja adalah hal wajib yang harus dilakukan,” ucap Dedy.

Dia turut menjelaskan ihwal musabab Andri yang tewas pada 28 September 2024. Mulanya, korban mendapat tugas memastikan kelancaran fungsi ban berjalan. Sekitar pukul 06.20 Wita, rekan Andri melihat korban membawa sekop untuk membersihkan ceceran bijih nikel yang berjatuhan. Padahal, sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP), semestinya karyawan menggunakan cangkul lebar bertangkai panjang untuk menyerok nikel.

Tak berapa lama, seorang karyawan melihat korban telah terjatuh. Perusahaan sempat mengevakuasi Andri ke klinik internal, tapi nyawanya tak tertolong. Menurut Dedy, analisis dokter menunjukkan bahwa korban mengalami luka lecet di kedua lutut, memar di bagian leher, dan lecet di salah satu daun telinga. “Dari hasil investigasi, diduga kuat sekop yang digunakan korban tertarik pulley belt conveyor dan korban berusaha menariknya. Namun nahas, korban ikut tertarik mesin.”

***

PERUSAHAAN pemodal asal Cina tersebut rupanya tidak hanya memiliki masalah dalam hal keselamatan kerja, tapi juga mengeksploitasi sumber daya alam yang memicu kerusakan lingkungan. Dampak yang paling kentara adalah semburan debu akibat pengoperasian PLTU batu bara yang mengakibatkan peningkatan jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“Anak-anak di Desa Labota, Kecamatan Bungku Selatan, menjadi korban karena cerobong pembangkit hanya berjarak 100-200 meter dari sekolah,” kata Wandi, aktivis Walhi Sulawesi Tengah. Di desa tersebut terdapat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang sehari-hari digunakan sebagai tempat aktivitas belajar-mengajar. “Kami menemukan ada enam siswa teridentifikasi terkena ISPA dengan usia rata-rata 12-13 tahun.”

Warga kampung tetangga di Dusun Kurisa, Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, juga mengeluhkan bau menyengat disertai abu batu bara yang berhamburan di atas genting rumah. Sialnya, kata Wandi, perusahaan ataupun pemerintah tak melakukan tindakan. Justru kerusakan makin meluas ke laut karena smelter membuang limbah ke hamparan terumbu karang dan habitat ikan.

Ketua Yayasan Auriga Nusantara Timer Manurung menemukan bahwa pengoperasian IMIP berada di atas lahan seluas 5.000 hektare. Kawasan industri ini disokong sejumlah konsesi tambang nikel, salah satunya PT Bintang Delapan Investama dengan luas 20.765 hektare. Auriga mendapati bahwa penggangsiran bijih nikel itu mengakibatkan hutan alam seluas 9.856 hektare hancur.

Pada Oktober tahun lalu, Timer pernah bertandang ke kawasan IMIP untuk melakukan riset bersama Stichting Onderzoek Multinationale Ondernemingen dari Belanda. “Namun yang kami lihat di Morowali sungguh menyedihkan. Hutan dikupas, bukit diratakan, semuanya oleh tambang nikel,” ucap Timer. Dia juga mendapati laut telah berubah warna menjadi merah karena tercemar limbah tailing dari material tambang.

Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar pernah dimintai konfirmasi ihwal tuduhan-tuduhan perusakan lingkungan tersebut pada Juli 2024. Emilia pun menjawab beberapa aspek kegiatan PT IMIP melalui surat. Adapun ketika Tempo menghubunginya kembali pada Jumat, 4 Oktober 2024, untuk menanyakan ihwal kecelakaan kerja di PT Walsin Nickel Industrial Indonesia, ia meminta pertanyaan dikirimkan kepada Kepala Divisi Relasi Media PT IMIP, Dedy Kurniawan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini telah diubah pada Kamis, 10 Oktober 2024 pukul 9.50 WIB setelah ada keberatan dari Direktur Komunikasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), Emilia Bassar, yang telah mengirimkan jawaban atas pertanyaan Tempo pada 23 Juli 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus