Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mengusir tamu, menambah telur

Sekitar 60% populasi lalat bisa dibasmi dan di- tangkis laju pertumbuhannya dengan beberapa jenis serangga yang ada di alam. penelitian awal telah dilakukan ipb.

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar 60 persen populasi lalat bisa ditekan dengan beberapa jenis serangga yang ada di alam. IPB sudah melakukan penelitian awal. SIAPA yang tidak pernah jengkel pada lalat? Kedatangan tamu serangga ini seekor saja sudah membuat dongkol, apalagi kalau puluhan atau bahkan ratusan. Lalat memang selalu dikaitkan dengan penyakit atau kotoran. Bagi peternak ayam seprrti Ken Iriadi, lalat lebih menjengkelkan karena ia terpaksa mengeluarkan uang sampai Rp 1,5 juta sebulannya untuk obat semprot dan bubuk. Peternak ayam dari Bekasi, Jawa Barat, yang 70 ribu ayamnya menghasilkan 3,5 ton telur setiap hari ini punya alasan untuk benci pada lalat. Serangga ini selalu datang dan ikut nenyantap makanan ayam atau hinggap di badan ayam. Ini membuat ayam merasa gatal dan menghalaunya dengan mematuki tubuhnya. Luka bekas patukan inilah yang kemudian jadi sarang masuknya penyakit. Akibatnya, produksi telur akan menurun. Ribuan peternak ayam lain juga mengalaml masalah yang sama seperti Ken. Sejauh ini, mereka menghadapi serangga ini secara konvensional, lewat obat semprot dan bubuk. Mungkin, tak lama lagi, cara ini dapat mereka tinggalkan, bila hasil penelitian sebuah tim IPB (Institut Pertanian Bogor), yang ingin melawan lalat secara alamiah, sudah bisa dimasyarakatkan. Alam sebenarnya sudah menyediakan serangga parasitoid penangkis laju pertumbuhan lalat. "Disebut serangga parasitoid dan bukan predator karena ukurannya yang hanya 1-3 milimeter lebih kecil dari pupa (kepompong) lalat yang dimatikana," tutur ketua tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB FX Koesharto. Penelitian seperti ini yang pertama di Indonesia. Penelitian ini penting karena kerugian akibat lalat cukup besar. Menurut Proceeding Poultry Parasite, produksi telur sejumlah peternakan ayam di California, AS, yang banyak diganggu lalat, menurun 15 sampai 20 persen. Selain itu, lalat berjenis sama juga dapat mengganggu kesehatan manusia dengan menularkan pelbagai penyakit. Pemberantasan lalat dengan musuh alami lebih efisien. Memakai insektisida, selain perlu biaya banyak, juga menyebabkan lalat resisten, dan mematikan serangga antilalat yang bertelur di pupa lalat. Namun, harus diingat, melawan lalat dengan parasitoid ini diperkirakan hanya bisa membasmi 60 persen pupa lalat. Kalau kepompong sudah menjadi lalat, insektisida tetap perlu turun tangan. Serangga parasitoid ini berkaki tiga pasang, bersayap empat, dengan mata yang menonjol. Ia tidak doyan keluyuran mencari mangsa lain karena hanya bisa bertelur di pupa lalat. Hanya sekitar 8-10 menit setelah menetas, serangga ini sudah bisa kawin. Serangga ini tumbuh subur pada peternakan yang dikelilingi semak karena dengan daya jelajah yang hanya 100 meter ia dapat hidup dari madu tumbuhan. Penelitian pendahuluan IPB berakhir Maret lalu, tapi harus diikuti oleh penelitian lanjutan mengenai cara hidup serangga antilalat itu. "Penelitian lanjutan berguna untuk memasalkan serangga yang selama ini pertumbuhannya kalah cepat dengan lalat," kata Koesharto pada Taufik Abriansyah dari TEMPO. Pemasyarakatan serangga ini di Amerika terbukti meningkatkan produksi ternak kembali dan tidak berakibat buruk pada ternak. Pemasalan serangga ini membutuhkan waktu panjang. Untuk penelitian dasar saja, misalnya, tiga staf pengajar Jurusan Parasitologi dan Patologi IPB memerlukan waktu hampir setahun. Selama itu, mereka berkutat dengan tinja ayam, yang merupakan sarana cocok untuk mendatangkan lalat. Tinja diambil dari peternakan ayam petelur yang tersebar di Kabupaten Bogor. Tiga sampel tinja diperoleh dari tiga peternakan ayam petelur dengan populasi di bawah 10 ribu ekor. Jenis tinja ayam ini dibedakan dari kelompok kedua yang berasal dari peternakan dengan jumlah ayam lebih dari 10 ribu ekor. Setiap 10 hari sekali, kotoran ayam yang umurnya kurang dari enam jam dikumpulkan. Tinja ini lalu dimasukkan kotak kayu yang telah dilapisi pasir, dan ditaruh di bawah kandang selama 8 sampai 10 hari. Kotak beserta isinya dijaga agar terhindar dari hujan dan sinar matahari, lalu dianalisa di laboratorium. Pada pupa normal yang disimpan dalam suhu 26 C selama 2-3 minggu, lalat akan muncul 5-7 hari kemudian. Bila lewat waktu itu lalat tak muncul, berarti pupa sudah digerogoti serangga parasitoid. Serangga parasitoid ini mematikan pupa lalat dengan cara bertelur di atasnya. Juga, menyerap dan memakan cairan pupa dan kadang-kadang mengeluarkan sengat beracun di bagian ekor. Tanda bahwa pupa sudah digerogoti serangga berupa lubang kecil yang biasanya terletak di bagian ujung pupa. Lubang yang bentuknya sangat spesifik, dan digunakan serangga untuk jalan keluar setelah ia dewasa, bisa dipakai untuk mengidentifikasi serangga itu. Jumlah pupa berlubang ini dihitung, diseleksi berdasar tempat pengambilan, dan dibandingkan dengan jumlah awal pupa pada setiap unit lokasi. Hasil penelitian ini menunjukkan: lalat yang kerap mengganggu ayam ternyata tak hanya satu jenis. Ada 11 jenis yang bisa terindentifikasi. Jumlah terbesar adalah jenis Ophyra chalgogaster. Sedang serangga penekan jumlah lalat ini bisa dikenali delapan jenis, dan 60 persennya adalah Spalangia endius dari famili Pteromalidae. Efektivitas serangga ini ternyata tidak dipengaruhi oleh besarnya populasi ternak. Tim IPB berharap, ada pihak lain dengan dana yang lebih longgar yang mau meneliti lebih lanjut serangga parasitoid ini, agar hasilnya segera bisa dimasyarakatkan. Sebab, siapa pun tahu, anggaran penelitian untuk perguruan tinggi saat ini masih terbatas sekali. Diah Purnomowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus