Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kado peti mati

Sitti warsini, pelacur, menerima bingkisan peti mati dan batu nisan. sebelumnya menerima seikat bunga sedap malam dan kartu ucapan dari riyanto. semua bingkisan diamankan polsek umbulharjo.

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENJA kemayu sudah turun. Beberapa pelacur di Sanggrahan -- nama lain dari Kompleks Resosialisai Mrican -- di Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, mulai menggelar "dagangan hidup" di ambang pintu kamarnya masing-masing. Sebagian yang lain sibuk pula mempercantik diri. Tamu juga sudah berdatangan. Waktu itulah sebuah truk mini berhenti di depan pos satpam, di gerbang kompleks. Kemudian, pengemudinya menyerahkan seonggok barang. "Kiriman ini untuk Sitti Warsini," ujarnya. Sehabis itu, ia melesat bersama mobilnya. Satpam yang menerimanya bengong, karena kiriman itu berupa peti mati. Peti seharga Rp 50 ribu yang dilapisi kain satin putih berkerut-kerut itu dilengkapi dengan batu nisan. Aneh, kok peti mati. Setahu si satpam, tak ada penghuni kompleks yang meninggal. Lalu ia bergegas mencari Sitti Warsini, 24 tahun. Ternyata, Sitti tidak ada. Menurut kawannya, ia sedang "tugas luar" melayani seorang pelanggan di suatu tempat. Keruan, 180 pelacur yang menghuni Sanggrahan resah. Bulu kuduk mereka merinding. Dan Sitti, yang kembali sekitar pukul 9 malam, paling gemetar melihat peti mati itu. Ia mengaku selama ini sering menerima bingkisan dari simpatisannya. "Tapi baru sekali ini saya menerima peti mati," katanya pada Sri Wahyuni dari TEMPO. Sitti jadi penghuni Sanggrahan sejak 1988. Pengirim iseng itu memang belum jelas. Tapi, menurut Walkido, satpam di sana, sehari sebelumnya ada pelancong dari Jakarta mencari Sitti. Namanya Riyanto. "Riyanto itu langganan tetap Sitti, dan ia selalu bersikap bagai seorang pacar," katanya. Malam Minggu itu, saat Riyanto berkunjung, Sitti tak di kamar. Perempuan hitam manis asal Dukuh Seti, Pati, Jawa Tengah itu sedang menikmati malam dengan langganannya yang lain di Yogya. Rupanya, Riyanto jengkel menunggu. Usai memesan seikat kembang sedap malam dan kartu ucapan, kemudian ia mengutus kurir untuk membawa ke alamatnya. Sitti, yang baru pulang tengah malam, kaget juga menerima dan membaca tulisan Riyanto di kartu itu: "Selamat bermalam Minggu. Semoga hari ini kamu tidak teler. Riyanto." Adakah peti mati itu termasuk yang dikirim Riyanto? Tak ada yang berani memastikannya, termasuk Sitti yang masih teler. Tapi dua hari setelah kedatangan kado peti mati itu, tengah Juni silam, semua bingkisan jail tadi diamankan petugas Polsek Umbulharjo untuk barang bukti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus