Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menjinakkan si bau busuk

Tim dr asril darusmin dari puslitbun sungai putih, sum-ut, menemukan beberapa jenis mikroba yang ampuh menanggulangi limbah karet yang luar biasa bau busuknya. desain unit pengolahan masih dirancang.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Menjinakkan si bau busuk
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
CARILAH bibit unggul sampai ke comberan. Barangkali, semangat itu yang ditiupkan oleh tim Dr. Asril Darusamin dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Sungai Putih, Sumatera Utara, untuk mencari mikroba penghancur limbah karet. Setelah bekerja lebih dari tiga tahun, kini Asril dkk. memperoleh beberapa jenis bibit unggul mikroba yang telah terbukti ampuh menangani limbah berbau busuk itu. Pencarian calon bibit unggul itu dilakukan dengan mengambil mikraba-mikroba pembusuk penghuni kolam limbah pabrik pengolahan karet pekat di PTP V Rambutan, Sum-Ut. Mikroba-mikroba itu kemudian diidentifikasi dan dikelompok-kelompokkan. Hasilnya: dari kolam limbah itu bisa dikenali adanya 15 galur mikroba. Kumpulan jasad renik itu lalu diberi kode khusus, alias nomor seleksi SP1-SP15 (SP merupakan kependekan dari Sungai Putih). Dari hasil pengujian tahap pertama, Asril dkk. mendapatkan bukti bahwa mikroba SP1, SP2, SP7 dan SP12 merupakan galur-galur potensial untuk menjinakkan limbah lateks pekat -- residu karet dari pengolahan di tahap pertama. "Tapi yang terbaik SP1," ujar Suharyanto, salah satu anggota tim penelusuran "bakat" mikroba limbah karet itu. Yang istimewa dari galur SP1, menurut alumnus Fakultas Teknologi Hasil Pertanian UGM 1983 itu, "Dia bisa bekerja baik dalam kondisi yang kaya oksigen maupun dalam lingkungan tanpa oksigen." SP1 juga telah terbukti rakus memangsa dan menguraikan protein-protein yang ada pada limbah. Pada kondisi kaya oksigen, dengan aerasi baik, SP1 sanggup memangsa 46% protein dalam limbah karet, hanya dalam tempo dua hari. Prestasi semacam itu diperlukan untuk menangani perkara limbah lateks pekat, yang luar biasa busuknya. Maklum, limbah ini mengandung protein tak terpakai, juga karbohidrat dan mineral, dalam jumlah besar. Keruan saja, limbah karet ini bisa punya skor BOD sampai 7.500 ppm, dan skor COD 10.800 ppm. Angka ini menunjukkan bahwa limbah itu begitu berbahaya jika masuk ke perairan umum, semacam sungai, danau, atau laut. Namun, SP1 telah memberikan harapan. Bila galur mikroba itu dibiarkan berkembang biak di kolam limbah selama 15 hari angka BOD bisa ditekan lebih dari 80% dan COD-nya dipangkas lebih dari 90%. Tugas itu dikerjakannya pada kondisi aerob, dengan oksigen yang cukup. Jika tugas itu harus dilakukan pada kondisi miskin oksigen (anaerob), prestasi SP1 baru terbukti menurunkan BOD 45%. Sayang, penurunan COD-nya tak diukur. Kendati laju penurunannya lebih lambat, secara ekonomi proses ini lebih mungkin. "Karena lebih murah," ujar Suharyanto. Maklum, proses aerob memerlukan pompa listrik, yang bisa menghasilkan olakan-olakan air yang bisa memberikan oksigen terlarut. Namun, jika proses penguraian itu dibiarkan berjalan lebih lama, BOD limbah karet itu bisa ditekan lagi hingga jauh di bawah angka 1.000 ppm. Ini berarti, "Limbah itu sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan di Sum-Ut, yaitu 1.000 ppm," tutur Asril Darusamin, ahli biokimia lulusan Universitas Oregon, AS, itu. Galur SP1 itu punya keterbatasan, yakni kurang mampu memangsa material karbohidrat dalam air limbah. Namun, kelemahan itu bisa ditutup dengan menggabungkan SP1 dengan SP11 dan SP12, yang terbukti sangat rakus memangsa karbohidrat. Dalam tempo dua hari, kedua galur ini sanggup menghabiskan 36-40% material karbohidrat dalam limbah. Kehadiran SP1 itu ternyata bermanfaat pula untuk menambah hasil biogas produk samping dari kolam limbah karet, berupa gas metan, amonia, dan H2S yang berbau busuk -- lewat proses anaerob. Gas metan bisa digunakan sebagai bahan bakar. Dalam pengujian, koloni SP1 pada 10 liter air limbah bisa memberikan biogas sebanyak 400 ml, setelah lima hari kerja. Jumlah itu empat kali lipat dibandingkan dengan produk limbah biasa. Kehadiran SP1 bisa pula menambah pemanfatan limbah lateks itu sendiri karena, lewat proses kimia, dari limbah lateks itu masih bisa dipanen karet melalui cara pengendapan. Hasil samping itu biasa disebut sebagai karet skim. Berkat kehadiran mikroba SP1 itu, karet skim itu meningkat kualitasnya. Pembuktiannya dilakukan dengan proses deamonisasi: sejumlah limbah lateks pekat diberi campuran asam sulfat, sejumlah lainnya ditambah asam sulfat dan koloni SP1 serta diangin-anginkan agar mendapatkan suplai oksigen dalam jumlah yang cukup. Kemudian reaksinya ditunggu sampai lima hari. Kedua macam campuran limbah itu sama-sama menghasilkan gumpalan karet skim, yang kemudian dikeringkan dan digiling. Ternyata, hasil karet skim yang diperoleh dari limbah berkoloni SP1 lebih baik, tidak berbau, kandungan nitrogennya bisa ditekan sampai 0,37%. Sedangkan pada bagian yang tanpa SP1, kandungan nitrogennya sampai 3,24%. Dari serangkaian uji coba yang telah dilakukan, tim peneliti Puslitbun Sungai Putih itu memang masih belum bisa merancang desain unit pengolahan limbah karet yang ideal -- misalnya soal perlakuan derajat keasaman, suhu, kepekatan limbah, dan aerasi, yang cocok bagi perkembangan mikroba, untuk pemanfaatan limbah itu sendiri. Pun komposisi galur agar diperoleh hasil kerja sama yang ideal, belum bisa dipastikan. Inventarisasi potensi galur-galur itu penting dilakukan. Paling tidak, untuk mengingatkan agar penanganan limbah karet secara kimia -- jika memang mau dilakukan -- hendaknya tak perlu mengenyahkan jasad renik yang potensial itu. Putut Tri Husodo dan Mukhlizardy Mukhtar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus