RANGSANGAN libido bisa beraneka ragam musababnya. Ada yang dari rambut dan warnanya, dari raut muka serta keelokan mata, atau pelbagai bentuk fisik lainnya, sampai kepada wangi-wangian dan parfum. Bahkan juga dari suara. Nah, yang terakhir ini kini jadi komoditi baru di bursa seks Hong Kong dan Negeri Belanda. Dalam ilmu psikologi dikenal istilah skatologia. Istilah ini dipakai untuk menyebutkan jenis suara yang sensual. Sedangkan orang yang kecanduan suara jenis ini disebut scatologist. Memang, tidak semua orang dikaruniai suara seksi. Ketika lagu Je t'aime Moi Non Plus (Saya cinta kamu, tapi sekarang tidak lagi) dinyanyikan Jane Birkin dan Serge Gainsbourgh -- keduanya dari Prancis -- dengan suara desah, itulah yang mendorong para pendengar tergeliat-geliat gemas. Maka, pendeta dan pastor di Eropa menuding lagu itu "merusak moral". Kemudian mereka minta pemerintah melarang diedarkannya kaset lagu itu. Yang mengherankan, ketika Brigitte Bardot berduet dengan Serge menyanyikan lagu tersebut. Pendengarnya malahan tenang-tenang saja. Mungkin suara Bardot tak lebih sensual seperti potongan tubuhnya. Lagu yang sama juga tak memancing angan-angan miring ketika Paul Mauriat bersama orkesnya memainkannya. Namun, suara memang bisa menjadi tambang uang, yang tidak hanya dipasarkan lewat musik saja, juga melalui saluran telepon. Tak kepalang, itu dipakai sebagai bagian komoditi dalam bursa seks. Misalnya Amy Yip, aktris film Hong Kong yang merekam suaranya yang seksi. Wanita cantik nan montok ini lalu bekerja sama dengan Hong Kong Telephone untuk menyalurkan suaranya kepada pelanggan. Dalam rekamannya, Amy melayangkan kisah "tang-ting-tong" itu mendetail. Agar peneleponnya bisa membayangkan adegan dimaksud sehingga dia terangsang, Amy tentu membawakan ceritanya dengan "penjiwaan penuh". Napas mendesah, nada genit, dan begitulah seterusnya. Pemesan yang berminat boleh tinggal memutar nomor pesawatnya. Setelah bunyi "cekkleeek", otomatis suara Amy hinggap dalam kuping pelanggan dan menggoyangkan antena khayalannya. Contoh kelakuan Amy yang melanda penduduk Hong Kong ini kemudian oleh psikolog dijuluki dengan telephone scatologist. Yakni orang yang candu kepada suara merangsang lewat telepon. Karena bisnis suara cabul tadi laris deras, kemudian Hong Kong Telephone memperbanyak line untuk melayani pesanan yang kian membludak. Entah berapa ribu dolar mampir ke dompet Amy. Yang jelas, para pemuda Hong Kong antre mendengarnya. Bahkan ribuan lelaki gaek dan wanita lesbian dibuatnya tiarap dalam cinta. Per menit mereka bayar 50 sen Hong Kong (sekitar Rp 125). Amy membagi hasilnya 50% kepada perusahaan telepon swasta itu. Selain memiliki suara aduhai, Amy adalah bintang muda yang dicap seronok di Hong Kong. Usianya baru 25 tahun. Film-filmnya hangat. Penampilannya sehari-hari menggemaskan. Pernah suatu kali Amy diminta jadi juri pertandingan gulat wanita di arena berlumpur. Ketika itu ia berbusana superminim. Usai acara, Amy diserbu penonton pria. Dan miliknya yang "di atas itu", yang konon diasuransikan, mereka gerayangi. Ia memang menangis, tapi orang menyebutnya itu "hanya air mata buaya". Seterusnya bisnis suara porno Amy itu juga mengundang protes ibu rumah tangga. Mereka takut anak-anaknya menghabiskan waktu dan duit di telepon. Ia dituduh menyimpang dari perilaku seks yang wajar. Mereka menuntut sambungan telepon Amy diputuskan. Tapi Oktober lalu, Hong Kong Telephone hanya memasang pengaman dan tiga panel pemantau, sehingga anak di bawah 18 tahun tidak bisa ikut nguping. Melalui alat ini operator dapat mendeteksi usia pemesannya. Hingga kini suara telepon jorok itu jalan terus. Pemerintah Hong Kong tenang saja, menghalalkan berbagai macam bisnis seks, dari yang konvensional sampai yang dilengkapi teknologi tinggi. Dari yang kelas pinggiran jalan sampai supermewah. Maklumlah, karena konsumennya juga dari mancanegara. Sebenarnya, kelakuan Amy itu tidak orisinil. Pada awal 1980-an masyarakat Belanda sudah kenal babbelbox. Ini sebutan untuk saluran telepon seks berkode 06 yang digelar PTT Telecom. Hanya dengan 50 sen gulden per menit, pemesan dapat menikmati cerita mesum. Seperti di Hong Kong tadi, peminatnya juga luar biasa, terutama dari para pemuda Belanda. Karena saluran itu pula, perkumpulan seks yang memakai nomor 06 ramai muncul. Antara lain Chik, Candy, Homo Nederland, serta Soft & Sexy. Dan pengusahanya, walau ia jebolan MEAO (setara SMEA) dalam sekejap membeli mobil Ferrari yang harganya di atas 300 ribu gulden. Akibatnya juga ada. Setiap tahun PTT Telecom Belanda terpaksa bertindak memutuskan 2.000 saluran pelanggan, karena menunggak membayar pulsa. Sebagian besar, ya, gara-gara main di saluran kode 06 itu. Protes membanjir pula. Kalangan gereja, yang didukung parlemen Belanda, bahkan menuntut saluran 06 disetop. Namun, Ir. W. Dick, Direktur Telecom Belanda, enteng menjawab: PTT Telecom hanya memberi izin pemakaian. "Soal isi telepon, kami tak ikut campur. Itu urusan jaksa dan polisi," begitu Dick mengelak. Dan bursa seks melaju terus. Bahkan sudah lama live show ala Swedia serta Denmark disalin oleh Belanda, yang katanya untuk menggaet turis. Negeri bawah air yang berpenduduk 15 juta ini bagaikan menghangatkan dirinya dengan menggelar kemerdekaan seks. Apalagi kaset video "biru" dijual bebas. Demikian pula majalah porno serta "daerah lampu merah" makin bertaburan di mana-mana. Priyono B. Sumbogo dan Asbari N. Krisna (Hilversum)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini