Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Berita Tempo Plus

Ramai-Ramai Perusahaan Nikel Maluku Utara Mencemari Sungai Sagea

Sungai Sagea tercemar akibat deforestasi oleh sejumlah perusahaan tambang nikel. Tak aman lagi diminum.

29 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Foto kolase memperlihatkan kondisi Goa Boki Maruru sebelum tercemar (kanan) dan sesudah tercemar  di Objek Wisata Goa Boki Maruru di Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara,  31 Agustus 2023/Antara/Andri Saputra
Perbesar
Foto kolase memperlihatkan kondisi Goa Boki Maruru sebelum tercemar (kanan) dan sesudah tercemar di Objek Wisata Goa Boki Maruru di Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, 31 Agustus 2023/Antara/Andri Saputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERLEBAR sekitar dua meter, anak sungai di salah satu titik di wilayah konsesi PT Weda Bay Nickel berwarna kecokelatan. Dari ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, air keruh dari Sungai Sagea di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, itu menderas menuju lembah. “Kalau hujan lebih cokelat lagi,” kata peneliti Forest Watch Indonesia, Aziz Fardhani, menunjukkan video kondisi di hulu Sungai Sagea itu kepada Tempo, Jumat, 27 Oktober lalu.

Aziz aktivis yang tergabung dalam Koalisi Save Sagea. Di tengah ramai-ramai kabar tentang pencemaran air di kawasan itu, ia menuju hulu Sungai Sagea di area konsesi PT Weda Bay Nickel, awal Oktober lalu. Butuh tiga hari perjalanan dari Desa Lelilef di bagian hilir menuju hulu. Selama waktu itu, Aziz berjalan kaki 15 kilometer dan mengendarai mobil sejauh 27 kilometer.

Seperti juga anak sungai di wilayah konsesi Weda Bay Nickel, Aziz menyaksikan hamparan air berwarna cokelat butek di sepanjang perjalanan. Padahal air Sungai Sagea sebelumnya terlihat berwarna kebiruan dari hulu hingga hilir. Penduduk setempat pun menggunakan air sungai untuk minum dan memasak.

Koalisi Save Sagea mencatat perubahan itu mulai terjadi awal tahun ini. Penyebabnya ditengarai adalah pembukaan hutan untuk tambang nikel. Aziz menunjukkan foto-foto pohon sebesar paha orang dewasa yang ditebang untuk membuka jalan menuju tambang nikel. Di berbagai penjuru, alat berat menggali tanah merah dengan kedalaman 1-5 meter.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Budhi Nurgianto dari Halmahera Tengah berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Hilang Biru Sungai Sagea"

Erwan hernawan

Menjadi jurnalis di Tempo sejak 2013. Kini bertugas di Desk investigasi majalah Tempo dan meliput isu korupsi lingkungan, pangan, hingga tambang. Fellow beberapa program liputan, termasuk Rainforest Journalism Fund dari Pulitzer Center. Lulusan IPB University.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus