Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berita Tempo Plus

Pengapung Baru Pesawat N219 Amfibi. Apa Itu?

Pesawat N219 dikembangkan menjadi N219 amfibi yang memiliki floater atau pengapung. BRIN merancang-bangun pengapung mandiri.

29 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Pesawat N219. Amfibi yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia/Dok. PTDI
Perbesar
Pesawat N219. Amfibi yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia/Dok. PTDI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • PT Dirgantara Indonesia berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional mengembangkan varian pesawat N219 amfibi.

  • Untuk mengejar pasar, PT Dirgantara Indonesia menggunakan floater atau pengapung buatan Aerocet dan Momentum Aeronautics dari Amerika Serikat.

  • Peneliti BRIN mengembangkan pengapung Merah Putih yang purwarupanya akan dibangun tahun ini.

MODEL pesawat N219 amfibi yang diperkecil 6,3 kali dari dimensi aslinya dipasang terbalik di dalam terowongan angin Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika di Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie, Kota Tangerang Selatan, Banten. Pengujian di fasilitas milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu bertujuan memastikan kestabilan pesawat N219 jika dipasangi floater alias pengapung sebagai pengganti roda pendaratan. “Ini floater Merah Putih model LPDP-09 yang didesain BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dulu,” kata Sayuti Syamsuar, peneliti utama bidang aerodinamika dan kestabilan pesawat pada Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN, Kamis, 26 Oktober lalu.

Sayuti, ketua tim pengembangan rancang-bangun dan optimasi struktur floater N219A, mengatakan pengapung LPDP-09 sepanjang 9,8 meter itu adalah yang terbaik dari sembilan model konfigurasi pengapung yang dirancang tim menggunakan metode komputasi fluida (CFD). Dari model terpilih itu, tim melakukan optimasi hingga mendapatkan empat model dengan panjang 9,4 meter. “Beda keempat model itu ada pada desain muka dan ekornya,” tutur Sayuti. “Dua model terbaik yang akan diuji, yakni yang permukaan bagian depannya memiliki chine (garis memanjang) dan ekornya berbentuk segi empat dan silindris,” ujar doktor bidang teknik kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, itu.

Dari model terbaik ini, tim akan merancang-bangun pengapung yang bisa meningkatkan performa atau nilai ekonomi pesawat N219A. Kolega Sayuti di tim pengembang pengapung, Andi Muhdiar Kadir, mengatakan penggantian roda pendaratan dengan pengapung akan meningkatkan bobot dan gaya hambat pesawat. “Akibatnya, daya angkut pesawat menurun,” kata Andi, Kamis, 26 Oktober lalu. “Kami mengoptimalkan model untuk mendapatkan pengapung yang punya gaya hambat kecil dan bobot optimum sehingga payload tidak jauh menurun,” tutur peneliti utama bidang struktur pada Pusat Riset Teknologi Kekuatan Struktur BRIN tersebut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Ahmad Fikri dari Bandung berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Memasang Pengapung di Kaki N219"

Dody Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini, alumnus Universitas Gunadarma ini mengasuh rubrik Ilmu & Teknologi, Lingkungan, Digital, dan Olahraga. Anggota tim penyusun Ensiklopedia Iptek dan Ensiklopedia Pengetahuan Populer.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus