Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAHMATIA buru-buru mengeluarkan uang Rp 10 ribu dari kantong bajunya pada Selasa, 24 Oktober lalu. Warga yang tinggal di sekitar Sungai Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, itu langsung menyerahkannya kepada penjual air kemasan galon di atas mobil bak terbuka yang mendatangi kampungnya. “Harus dibeli cepat. Kalau terlambat, tidak kebagian,” katanya kepada Tempo.
Rumah Rahmatia di Desa Sagea berjarak hanya 50 meter dari Sungai Sagea. Semenjak Sungai Sagea keruh pada awal tahun ini, keluarganya tak bisa lagi mengkonsumsi air kali. Dalam sebulan, perempuan 44 tahun itu harus mengeluarkan duit Rp 150 ribu untuk membeli 10-15 galon air isi ulang. Tatkala air sungai masih bening, keluarga Rahmatia hampir tak pernah membeli air galon.
Rahmatia dan warga lain di sekitar Sungai Sagea masih mencuci pakaian di sana. Namun itu pun tak setiap saat, tergantung kondisi air. Sebab, kadang-kadang air membawa lumpur meski hujan tak turun. Bukannya bersih, pakaian malah berwarna kecokelatan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Budhy Nurgianto dari Halmahera Tengah berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mati Suri Teater Alam"