Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Berkat Sentuhan Petani Perempuan

Kopi Java Halu dihasilkan dari petani perempuan di Bandung Barat. Setelah dilatih dan mandiri, mereka membuka kebun sendiri.

11 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Petani perempuan di Java Halu Coffee. Dok. Java Halu Coffee
Perbesar
Petani perempuan di Java Halu Coffee. Dok. Java Halu Coffee

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Java Halu Coffee memberdayakan petani kopi perempuan di Gununghalu, Bandung Barat, Jawa Barat.

  • Awalnya Java Halu Coffee ingin melindungi para petani perempuan yang menggarap kebun kopi di hutan dengan membuka lahan kebun di dekat permukiman.

  • Para petani perempuan memanfaatkan ilmu dan penghasilan mereka untuk membuka kebun kopi sendiri.

Menjadi petani kopi adalah pekerjaan yang kini dilakoni Riska, ibu rumah tangga di Desa Mekarsari, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Ia mulai bergabung dalam program pemberdayaan petani perempuan Java Halu Coffee di sana pada 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kala itu ia bersama sekelompok ibu-ibu desa setempat diajak menggarap lahan perkebunan Java Halu di Kecamatan Gununghalu. Seiring dengan berjalannya waktu, Riska tak hanya tahu cara menanam, tapi ia kini juga mahir menjemur, menggiling, dan memilah kopi berkualitas terbaik untuk ekspor. “Tak hanya menghasilkan pendapatan, tapi juga mendapat ilmu,” ujar Riska kepada Tempo pada Senin, 9 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Perempuan 38 tahun itu menyisihkan sebagian upahnya untuk membeli lahan yang rencananya ditanami kopi. Riska berencana menanam dan memproduksi kopi sendiri berbekal pembelajaran dari Java Halu Coffee.

Java Halu Coffee di Gununghalu, Bandung Barat, Jawa Barat. Dok. Java Halu Coffee

Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu agenda Java Halu Coffee. Rani Mayasari, CEO Java Halu Coffee, mengatakan program ini berjalan sejak lima tahun lalu. “Sekarang 80 persen petani kopi kami adalah perempuan,” kata Rani.

Pertanian kopi merupakan salah satu penopang perekonomian masyarakat di kawasan pegunungan di Kabupaten Bandung Barat. Di antaranya Gununghalu, kaki Gunung Burangrang, dan Gunung Tangkuban Perahu. Lukmanul Hakim, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bandung Barat, mengatakan luas lahan pertanian di daerah tingkat I tersebut mencapai 3.383 hektare. Lahan itu terdiri atas lahan pertanian kopi arabika sekitar 2.810 hektare dan robusta 573 hektare.

Java Halu Coffee menjadi salah satu perusahaan yang menyerap produksi kopi di sana. Rani mengatakan awalnya Java Halu mengambil produksi kopi di lahan seluas 1.500 meter persegi dari kebun masyarakat di Gununghalu.

Menurut Rani, penyerapan tenaga perempuan berawal dari kampanye menanam kopi di kebun-kebun masyarakat. Sebelumnya, dia melihat para petani menanam di area hutan. Dia menganggap hutan sosial itu tidak aman bagi pekerja perempuan dan anak-anak yang menyertai mereka. Lokasinya pun jauh dari permukiman sehingga menyulitkan para perempuan yang juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Rani kemudian melakukan percobaan dengan mengajak para ibu menanam kopi di kebun di dekat permukiman pada 2014.

CEO Java Halu Coffee, Rani Mayasari. Dok. Java Halu Coffee

Hasilnya, lima tahun kemudian, adalah produksi yang sama-sama sebanyak 2 ton. “Para suami bercocok tanam di hutan seluas 3 hektare. Kami, para perempuan, hanya butuh 1.500 meter persegi,” ujarnya.

Proses tanam, panen, dan pengolahan dilakukan petani yang sebagian besar perempuan itu tanpa harus jauh meninggalkan keluarga. Riska termasuk di antara mereka. Tempat kerjanya hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya.

Rani mengatakan perusahaan juga punya program untuk regenerasi petani kopi. “Kami menyasar mereka yang di hilir,” ujarnya. Dia mengajak beberapa anak petani atau anak muda di daerah setempat menjadi barista. Menurut Rani, anak-anak muda setempat cenderung memilih menjadi barista. Namun bukan berarti tertutup peluang bagi generasi muda untuk menjadi petani. Sebab, dengan menjadi peracik, mereka akan mendalami semua hal tentang kopi hingga ke tahap produksi. Artinya, mereka perlu juga belajar penanaman dan pengolahan.

Beberapa anak muda juga dilibatkan dalam tahap pemilahan kopi yang siap diekspor, juga tahap pencucian dan penjemuran. Java Halu Coffee sudah memasarkan green bean mereka ke beberapa negara di Amerika, Eropa, dan Timur Tengah. Tahun ini Java Halu memanen 40 ton kopi dan sebagian besar diekspor dalam bentuk green bean. Sisanya di-roast untuk dijual ke sejumlah kafe di Bandung dan Jakarta.

ILONA ESTERINA | ANTARA 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus