KB tak selalu berarti Keluarga Berencana. Setidaknya di bagian
selatan yang rindang dari Jakarta, di Ragunan, KB (kebun
binatang)-nya tak menerapkan konsep pembatasan kelahiran bagi
warganya. Pengembangbiakan berbagai jenis satwa justru sangat
diusahakan. Hasilnya: surplus. Itu sebabnya awal bulan ini KB
Ragunan menyerahkan sejumlah satwa "kelebihan" kepada beberapa
kebun binatang lain. Juga diserahkan sejumlah rusa hasil
pembiakan, kepada Direktorat PPA (Perlindungan dan Pengawetan
Alam) untuk diliarkan kembali.
"Beberapa jenis satwa sudah overpopulation," ucap Drs Djama
Usman kepada TEMPO. Wakil Direktur KB Ragunan itu menyebutkan
berbagai jenis burung dan mamalia yang laju beranak-pinak
kakatua, nuri, pecuk padi, raja udang, pelikan, kasuari, harimau
Sumatera, orang utan Kalimantan, rusa, kijang. "Kalau kami
berlebihan, lebih baik dibagikan tempat lain," ujar Usman lagi.
Yang beruntung kebagian jatah kelebihan itu ialah KB Pontianak,
KB Pematangsiantar dan KB Taman Bundo Kanduang di Bukittinggi.
Seluruhnya meliputi 43 ekor berbagai jenis burung, 2 ekor kera,
sepasang kanguru, seekor siamang dan seekor harimau Sumatera.
Yang terakhir ekstra, sumbangan seorang pengusaha.
Tidak Berdiri Sendiri
Dalam upacara penyerahan tanal 2 Mei lalu, juga 40 ekor rusa
asal Ragunan ditambah 30 ekor asal Perum Angkasa Pura diserahkan
kepada pihak PPA. "Rusa ini akan kami lepas ke alam bebas," kata
Agus Tobrani dari Subdit Sumber Alam PPA, yang menerimanya.
Menurut rencana rusa itu dilepas di hutan lindung dan suaka alam
di Jawa Barat. Tersebut Kadipaten, Sukabumi dan Pangandaran.
"Dari hasil penglepasan beberapa tahun lalu, ternyata rusa itu
cukup baik perkembangannya," ujar Tobrani yang bekas Kepala Sub
Balai PPA DKI Jakarta. "Mereka cepat dapat menyesuaikan diri
dengan habitat barunya. "
Biaya makan 4.340 ekor hewan di kebun binatang itu setiap bulan
meliputi sekitar Rp 12 juta. Daging murni, misalnya, tiap 30
hari habis 1.800 kg. Belum lagi biaya berbagai macam obat.
"Untungnya selama ini tidak menderita defisit," ucap Djama
Usman.
Penghasilan dari karcis masuk setiap bulan rata-rata Rp 28 juta.
Untung pula KB Ragunan berstatus negeri dan bernaung di bawah
Direktorat III DKI Jakarta. Setiap tahun Rp 200 juta datang dari
Pemda DKI untuk perbaikan bangunan dan kandang satwa. "Tidak
mungkin hidup kalau kami berdiri sendiri," ucap Djama Usman
lagi.
Yang berstatus negeri bukan hanya KB Ragunan. Gelanggang
Samudera Ancol, pusat satwa laut, juga termasuk klasifikasi ini.
Di samping itu kebun binatang di Semarang, Solo, Medan,
Pematangsiantar, Bukittinggi, Jambi dan Pontianak. Semuanya
anggota PKBI -- yang juga tak ada sangkut pautnya dengan
Persatuan Keluarga Berencana Indonesia, sebab PKBI yang satu ini
berarti Perhimpunan Kebun Binatang Indonesia. PKBI juga mencakup
anggota swasta, misalnya Taman Burung TMII, Taman Buaya
Indonesia, kebun binatang di Bandung, Yogyakarta, Madiun,
Surabaya, Jember, Banjarmasin, Ujung pandang, Bali dan
Balikpapan.
"Saya sangat gembira dengan perkembangan KB Ragunan," kata
Harsono RM, Ketua PKBI kepada TEMPO. Menurut Harsono, di masa
depan Ragunan akan diarahkan untuk pengembangan fauna dan flora,
di samping adanya laboratorium satwa darat khususnya primata.
Pengkhususan seperti itu juga direncanakan bagi kebun binatang
lain. Gelanggang Samudera Ancol sudah jelas sebagai pusat
pengembangan dan penelitian satwa laut. KB Semarang nantinya
pusat ular, KB Yogya untuk Komodo, KB Surabaya untuk segala
macam burung dan KB Bukittinggi untuk pusat harimau. "Kalau ada
ahli yang punya rencana penelitian, cukup pergi ke pusat itu,"
ucap Harsono menjelaskan.
Pusat Pembinaan
Menurut Harsono, kebun binatang bukan lagi sekedar kebun tempat
rekreasi. Dalam kata sambutannya pada upacara penyerahan pekan
lalu Harsono menjelaskan bahwa kebun binatang berfungsi sebagai
pusat pembinaan kelestarian alam. Mengelola satwa di kebun
binatang tidak hanya soal mengangon dan merawat binatang lalu
memungut karcis pengunjung. Tugas seperti itu "sudah lewat satu
dasawarsa yang lampau," katanya.
"Kami coba memperbaiki diri," kata Djama Usman kepada TEMPO.
Dari areal 200 ha yang dimiliki kebun binatang itu, baru
dipergunakan 160 ha. Sisanya masih dipergunakan beberapa sarana
olahraga DKI. Rencananya nanti Ragunan akan dilengkapi dengan
berbagai sarana rekreasi. "Misalnya untuk mengail ikan tawar,"
tutur Usman.
Di samping itu juga didirikan Pusat Informasi. Dalam upacara
penyerahan itu, Wakil Gubernur DKI, Sarjono Soeprapto meletakkan
batu pertama bangunan Pusat Informasi itu. "Kalau ada pengunjung
yang membutuhkan penerangan tentang isi kebun binatang Ragunan
ataupun kebun binatang lainnya di Indonesia, cukup datang ke
sana," kata Usman menjelaskan.
Koleksi Ragunan memang terkenal lengkap di kawasan Indonesia.
Juga menonjol, karena antara 470 jenis satwa terdapat misalnya
Cendrawasih, Komodo, Beruk Bekanten, Orang Utan, Harimau,
Siamang, Wau-wau dan Nuri. Tapi yang jadi berita baik ialah bila
terjadi pembiakan yang sukses--seperti la:,irnya bayi Tapir dan
Singa beberapa waktu yang lalu. Itu artinya KB yang berhasil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini