Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan pemantauan pada sedikitnya 23 warga yang diketahui bergejala akibat positif antraks. Dari temuan Dinas Kabupaten Gunungkidul, sedikitnya terdapat 85 warga yang positif, bukan 87 seperti yang dilaporkan, dan mayoritas tidak bergejala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus penyakit antraks tidak hanya muncul di tahun ini, namun sudah muncul selama bertahun-tahun dan beberapa memakan korban jiwa. "Kasus ini tidak hanya terjadi sekarang, dua tahun lalu juga terjadi, kalau tidak di Gunungkidul, ya di Kabupaten Sleman," kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Rabu, 5 Juli 2023
Apa itu antraks?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laman Center of Disease Control and Prevention, antraks merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri bernama Bacillus anthracis. Bakteri ini muncul dari dalam tanah secara alami dan umumnya menyerang hewan peliharaan serta hewan liar di dunia.
Antraks dapat menular kepada manusia jika mereka bersentuhan secara langsung dengan hewan yang terinfeksi maupun terkontaminasi. Namun, antraks tidak dapat menular ke sesama manusia, seperti penyakit flu dan batuk.
Penyebaran
Penyebaran dari antraks sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu penyebaran melalui kulit (luka), melalui saluran pernafasan di mana spora masuk kedalam paru-paru dan melalui pencernaan pada saat manusia memakan daging yang terkontaminasi.
Hewan seperti sapi, domba, kambing dapat terinfeksi saat mereka menghirup atau menelan spora yang ada di tanah, tanaman serta air yang terkontaminasi. Daerah yang terkontaminasi biasanya merupakan daerah yang sebelumnya pernah terjadi penyakit antraks.
Berikut merupakan bagaimana manusia dapat terinfeksi penyakit antraks :
1. Bekerja dengan hewan yang terinfeksi
Kebanyakan orang yang sakit akibat terkena penyakit antraks terpapar penyakit tersebut saat sedang bekerja dengan hewan atau produk hewan yang terinfeksi seperti wol, kulit, atau rambut.
2. Memakan daging yang masih mentah dari hewan yang terinfeksi
Hal ini terjadi pada saat memasak daging dari hewan tersebut, namun tidak matang. Sehingga bakteri-bakteri tersebut tidak sepenuhnya mati.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ini, yaitu:
1. Memastikan bahwa daging yang ingin dikonsumsi sudah dibersihkan dan dimasak hingga matang sepenuhnya
2. Melakukan vaksin antraks, terlebih jika hewan berada di kawasan risiko penularan
3. Menghindari kontak langsung dengan hewan ternak yang terinfeksi penyakit antraks.
Dalam kasus antraks di Gunungkidul, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan bersama Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates, terdapat 12 ekor ternak berupa 6 sapi dan 6 kambing milik warga Dusun Jati, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, yang terpapar antraks.
"Dari ternak yang terpapar itu, ada tiga ekor yang dikonsumsi warga, ada juga yang sudah dikubur digali lagi untuk dikonsumsi," kata Wibawanti.
Menurut Wibawanti, kasus ini akan terus berulang jika kebiasaan makan bangkai ternak itu tak dihilangkan. "Sebenarnya kalau kebiasan makan bangkai itu hilang, kasus ini juga tak akan muncul, tapi mungkin karena faktor ekonomi," kata dia.