MENCARI karper punten yang sudah langka itu memang sulit. Tapi itulah yang sejak 1979 dilakukan Balai Benih Ikan milik Dinas Perikanan Darat Jawa Timur. Ikan itu hilang dari peredaran. "Mungkin karena masyarakat menyukai ikan yang warna kuning, atau putih mengkilat," ujar Soewito, Kepala Balai Benih di Batu itu kepada M. Baharun dari TEMPO. Warna karper punten hijau lumut yang menghitam dan di bagian bawah perutnya putih. Itu beda dengan karper kaca yang puth, atau karper malalaya yang kuning emas. Selain itu, sisik si punten lebih lembut kecil-kecil, dagingnya tebal, dan beratnya sekitar 4 kg ketika sudah 6 atau 8 bulan. Pada 1930 karper punten piaraan istimewa di Balai Benih Ikan (berdiri 1918) di Batu. Punten adalah hasil silang dari jenis karper lain. Tapi penyilangan warisan Belanda itu tak jelas dengan jenis mana dan pada turunan keberapa. Balai Benih di Batu, kini merekayasa kembali penyilangannya - dari karper nyonya, karper majalaya, dan karper kaca. "Dari bentuknya atau venotif karper punten dapat dijumpai lagi. Namun, secara genotif, keturunan yang terus-menerus menyerupai induknya, masih belum," tutur Soewito. Kini, betina karper punten yang mendekati bentuk aslinya baru 16 ekor, dan pejantannya 8 ekor. Sekitar 400 benihnya sekarang, menunggu dikembangkan. Dengan dana APBD yang tahun ini Rp 2 juta itu, Soewito, yang dibantu lima tenaga berpengalaman di bidang persilangan, yakin berhasil mengembangkan ikan tersebut dalam tahun ini. Berarti, ikan ini kembali masuk daftar khazanah genetika di sini. Seekor induk karper langka ini menghasilkan sekitar 40 ribu anak, atau 25% lebih tinggi dari jenis lain. Punten bahkan alot dengan segala cuaca, termasuk di dataran rendah atau tinggi. Tubuhnya pendek, tapi gemuk. Harganya lebih mahal dari karper bisa yang Rp 2.500,00 per kg itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini