Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Rusak Terumbu Karang karena Tongkang

Saat angin barat, banyak tongkang bersandar di kawasan konservasi Kepulauan Karimunjawa. Kedatangan mereka difasilitasi warga setempat.

24 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUHAMMAD Ilyas masih ingat betul betapa mudah berburu kerang di pasir, menangkap kepiting, atau bermain ubur-ubur jenis kembang di bibir pantai saat ia masih kecil. Kini biota pantai itu sulit ditemukan. "Bahkan dulu ada penyu di pantai saat kami bermain," kata Ilyas, Lurah Desa Kemujan, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Senin pekan lalu.

Ilyas menuding kerusakan ekosistem pantai Karimunjawa menjadi penyebab sejumlah biota laut sulit ditemui. Nelayan pun kini harus ke tengah laut jika ingin menangkap ikan. "Itu semua karena tatanan kehidupan di pulau ini mulai runtuh," ujarnya.

Kondisi memprihatinkan itu dibenarkan nelayan setempat, Muhammadin. "Dulu saya dan nelayan lain di Karimunjawa tak harus ke tengah laut, cukup di pinggiran pulau sudah mendapatkan banyak ikan," kata pria 51 tahun itu. Ia merasakan perubahan itu sejak terumbu karang di pantai Kepulauan Karimunjawa rusak.

Ilyas dan Muhammadin menilai kerusakan terumbu karang terjadi sejak hadirnya beberapa tongkang pengangkut batu bara di kampung mereka. Kerusakan paling parah terjadi di ujung pantai Mrican, pantai Telaga, tepatnya di pelabuhan Legon Bajak, dan Batu Lawan atau pantai Asari.

Kerusakan parah juga terjadi di luar perairan Desa Kemujan, di antaranya di wilayah pantai Pulau Cilik dan Pulau Tengah. "Pulau-pulau itu masuk wilayah konservasi yang telah ditetapkan pemerintah lewat Menteri Kehutanan," ujar Ilyas.

Lembaga swadaya masyarakat Alam Karimun bersama Indonesia Coralreef Action Network (I-Can), yang melakukan survei di wilayah tersebut, membenarkan kabar terjadinya kerusakan terumbu karang. Kerusakan akibat tongkang bersandar terjadi terutama di Pulau Cilik, Pulau Tengah, dan Pulau Gosong.

"Paling banyak di Pulau Tengah, dengan titik kerusakan mencapai 16 dari total semua 23 titik. Luasannya 1.245 meter persegi," kata Amiruddin, Deputi Indonesia Coralreef Action Network. Adapun terumbu karang yang rusak berjenis hard corals, acropora dan non-acropora, dead scheractinia, ganggang, serta abiotik.

Kerusakan tersebut cukup ironis karena Kepulauan Karimunjawa sudah ditetapkan sebagai cagar alam laut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123 Tahun 1986 dan diperbarui dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 78 Tahun 1999. "Kawasan ini semestinya wajib dilestarikan," ujar Amiruddin.

Saat Tempo berkunjung ke Karimunjawa pekan lalu, pada Selasa malam terjadi insiden satu tongkang menabrak terumbu karang di ujung Pulau Mrican, sekitar 100 meter dari taman bawah laut yang baru selesai dibuat. "Setelah saya cek, benar. Sayang, kapal langsung pergi malam itu juga," kata Arista, warga setempat yang juga anggota Alam Karimun. Ia baru mendengar kabar itu pada Rabu paginya.

Bersandarnya tongkang di kawasan konservasi taman nasional Karimunjawa dipandu sejumlah warga yang mengambil keuntungan pribadi. Mereka menggunakan radio panggil dengan frekuensi ilegal atau tanpa izin untuk memonitor dan memandu nakhoda kapal agar bisa parkir di kawasan tersebut.

"Kapal bersandar saat cuaca buruk. Karimunjawa sebagai tempat berlindung, sedangkan kami dimintai tolong, ya, kami tolong," ucap seorang pemandu kapal ilegal yang enggan disebutkan namanya, beralasan. Ada pula tongkang yang masuk sendiri tanpa dipandu. Masuknya tongkang itu sudah menjadi hal biasa.

Pada musim angin barat, Desember-Maret, di kawasan Karimunjawa memang sering terjadi cuaca buruk. Untuk menghindari ombak besar, tongkang memilih berlabuh di sisi timur Pulau Kemujan. Adapun saat angin musim timur, mereka berlabuh di sisi barat pulau itu. Seharusnya tongkang bersandar atau berlindung di luar kawasan konservasi agar tak merusak terumbu karang.

Para pemandu juga terkadang dimintai tolong berbelanja kebutuhan logistik bagi awak kapal. Dengan begitu, kehadiran tongkang itu menimbulkan efek perputaran ekonomi. "Merapat antara 10 dan 20 tongkang. Tergantung cuaca," kata pemandu kapal itu.

Menurut dia, biaya memandu dan sandar tak banyak, hanya sukarela dari awak kapal karena sebagian besar dari mereka sudah dikenal. "Biayanya Rp 50-200 ribu," ujarnya. Pemasukan juga didapat dari jasa berbelanja pelbagai kebutuhan awak kapal. "Ini bisnis. Kami belanja dan mendapat fee."

Para pemandu kapal keberatan bila dituding sebagai biang rusaknya terumbu karang. Mereka beralasan beberapa di antara mereka merupakan peserta penyuluhan dan penerima program penanaman terumbu karang dari Balai Taman Nasional (BTN). "Protes yang dilakukan LSM hanya kecemburuan," ucapnya.

Ia menilai selama ini BTN sudah bekerja dengan baik melakukan penyuluhan, termasuk kepadanya. Dua temuan pelanggaran yang diadukan Alam Karimun sudah diganti rugi masing-masing Rp 18 juta dan Rp 50 juta untuk perbaikan terumbu karang. "Perusahaan kapal yang bayar. Saya hanya memandu. Pembayaran urusan perusahaan dengan BTN," katanya.

Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa Agus Prabowo membenarkan rusaknya terumbu karang di kawasan konservasi di wilayah kerjanya. Menurut dia, kasus terbaru adalah tongkang menabrak terumbu karang karena masuk dengan sengaja. "Tongkang tidak terdampar, tapi sengaja diparkir," tutur Agus, beberapa waktu lalu.

Kejadian tongkang menabrak terumbu karang sudah berulang kali, seperti pada 14 Maret lalu, yang menyebabkan kerusakan hingga 600 meter persegi. Sedangkan pada 11 Februari, ada empat tongkang menabrak di sekitar Pulau Gosong, Cilik, dan Tengah. "Tongkang itu berada di daerah larangan," ujarnya.

Menurut Agus, selama ini tongkang berada di kawasan konservasi sehingga masuk pelanggaran pidana dan sudah dilaporkan ke Balai Penegakan Hukum. "Masalahnya, kami tak punya kewenangan memidana dan penegakan hukum," katanya.

Ketua Alam Karimun, Jarhanuddin, mengatakan kawasan Karimunjawa dulu hanya disinggahi kapal nelayan dari berbagai kabupaten terdekat. Seiring dengan peningkatan fasilitas pelabuhan dan perkembangan alat komunikasi sebagai sarana promosi, menurut dia, Karimunjawa terekspos menjadi daerah tujuan wisata bahari yang diikuti sarana transportasi.

Saat ini Karimunjawa dimasuki beberapa kapal cepat, termasuk kapal Pelni berskala nasional. Oleh pemerintah, hal ini ditindaklanjuti dengan pembangunan dermaga pelabuhan Legon Bajak untuk kepentingan berlabuhnya kapal-kapal yang ukurannya tak lebih dari 100 gross tonnage.

Rupanya, menurut Jarhanuddin, membaiknya sejumlah infrastruktur pelabuhan Karimunjawa disalahgunakan. Contohnya di pelabuhan Legon Bajak, yang justru untuk berlindung tongkang pada saat musim angin baratan. "Ini tak lepas dari kepemilikan fasilitas alat komunikasi radio oleh penduduk setempat," tuturnya.

Saat ini banyak tugboat atau kapal tunda dan tongkang berlabuh di beberapa dermaga yang dibuat para pemandu ilegal. Kapal-kapal itu bersandar tanpa sistem operasional dan prosedur tetap sesuai dengan standar karena parkir di jalur yang dilewati wisatawan.

Akibatnya, beberapa tongkang menabrak terumbu karang, termasuk insiden penabrakan dermaga hingga putus separuh beberapa waktu lalu. "Beberapa peristiwa sebelumnya, tongkang menabrak terumbu karang, tapi hasil ganti rugi dan solusinya hilang tanpa diketahui masyarakat," ucap Jarhanuddin.

Dari pengamatan Tempo, banyak tongkang parkir di lokasi kawasan lindung dengan tambatan yang dibuat secara permanen oleh para pemandu. Akibatnya, seperti insiden pada Selasa malam, satu tongkang pengangkut batu bara menabrak terumbu karang di ujung Pulau Mrican saat meninggalkan dermaga.

Insiden seperti itu sudah berlangsung untuk kesekian kalinya tanpa solusi pasti. Akibatnya, apa yang pernah dialami Muhammadin dan nelayan lain yang pada saat musim ikan tongkol bisa mendapatkan hasil 1 ton setiap hari tanpa harus ke laut jauh kini tinggal cerita.

Edi Faisol

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus