Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Sepasang Owa Jawa (Hylobates moloch) dilepas di Cagar Alam Gunung Tilu, Kabupaten Bandung, Jumat 26 Februari 2021. Dari puluhan owa yang telah dilepaskan sebelumnya secara bertahap di hutan kawasan Bandung Selatan, populasinya bertambah oleh kehadiran empat bayi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini indikator kesuksesan pelepasliaran Owa Jawa,” kata Made Wedana, Country Director The Aspinall Foundation Indonesia, Jumat 26 Februari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satwa primata jantan yang dilepaskan itu dinamakan Hadi berusia 5 tahun, sedangkan owa betina bernama Jenifer berumur 3 tahun. Mereka telah menjalani masa adaptasi alam liar di kandang habituasi selama dua pekan di lokasi pelepasan.
Owa jantan yang dilepas merupakan sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta. Satwa yang dilindungi itu kemudian dikirim petugas Pusat Penyelamatan Satwa Tegal Alur, Jakarta, ke Pusat Rehabilitasi Primata Jawa kelolaan The Aspinall Foundation di Ciwidey, Kabupaten Bandung, pada 18 Desember 2018. Adapun owa betina hasil sitaan yang diserahkan BKSDA Jawa Barat ke Ciwidey pada 15 Juni 2019.
Kedua owa disebutkan dalam kondisi sehat selama rehabilitasi hingga dinilai layak untuk dikembalikan ke alam. Pelepasliaran itu melibatkan BKSDA Jawa Barat dan Pusat Rehabilitasi Primata Jawa. “Tujuannya untuk meningkatkan dan menguatkan populasi Owa Jawa di kawasan Gunung Tilu,” kata Made.
Setelah pelepasan itu tim BKSDA Jabar dan Aspinall akan memantau perkembangan kedua owa itu sehari-hari dengan mengikuti pergerakan dan pengamatan proses adaptasi setiap hari selama minimal 6 bulan.
Kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan The Aspinall Foundation (TAF) sejak 2011 telah melepaskan 42 ekor Owa Jawa di hutan Jawa Barat. Paling banyak di Cagar Alam Gunung Tilu yang kini 37 owa, selebihnya tersebar di hutan sekitar Situ Patenggang dan hutan lindung Kanaan.
Owa Jawa betina yang dinamakan Jenifer berusia sekitar 3 tahun dilepaskan di Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung, Jumat 26 Februari 2021. (Dok.The Aspinall Foundation)
“Kelahiran bayi-bayi owa di alam bebas terpantau sebanyak empat individu,” ujarnya. Sebanyak tiga bayi owa itu lahir di Gunung Tilu, satu lagi di Kanaan.
Pelepasan di Gunung Tilu, menurut Made, karena habitatnya masih luas yaitu hampir 7.500 ha. Dengan area seluas itu populasi Owa Jawa di sana bisa tinggal sebanyak 70-100 individu.
Hutan Cagar Alam Gunung Tilu di Kabupaten Bandung yang menjadi tempat pelepasan Owa Jawa hasil sitaan ke alam liar. (Dok.The Aspinall Foundation)
Owa ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi sejak 1931. Satwa endemik di Jawa itu berpola hidup pasangan setia atau monogami. Sebarannya kini di Jawa Barat dan sedikit di Jawa Tengah di dataran rendah dan hutan dengan rentang ketinggian 0-1600 meter dari permukaan laut.
Dari hasil beberapa penelitian, Owa Jawa melahap 100 jenis tumbuhan sebagai makanannya. Mayoritas buah yakni sebanyak 61 persen, 38 persen dedaunan, sisanya bunga dan serangga. Tergolong satwa arboreal, owa jarang turun ke tanah melainkan bergelayutan di pepohonan dengan daya jelajah mencapai 16-17 ha.
Biasanya pada sebuah keluarga Owa Jawa, ada 1-2 anak yang dikandung betinanya selama 197-210 hari. Jarak kelahiran per anaknya sekitar 3-4 tahun.