Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Probolinggo - Sesepuh Suku Tengger di Gunung Bromo dijadwalkan menggelar pertemuan pada Minggu sore ini, 17 Januari 2021, untuk membicarakan beberapa kejadian bencana alam di tanah air. Kejadian letusan awan panas dari Gunung Semeru pada Sabtu sore juga termasuk yang akan dibicarakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena Bromo juga cukup dekat dengan Semeru," ujar Digdoyo Djamaluddin, tokoh masyarakat Tengger yang juga pengusaha hotel di kawasan Bromo kepada TEMPO mengungkapkan, Minggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, para sesepuh Tengger was-was Gunung Bromo akan mengikuti gunung tetangganya itu, ataupun beberapa gunung api lain di Indonesia, mengalami erupsi. Terlebih adanya siklus lima tahunan erupsi Bromo yang terakhir terjadi pada 2015.
"Pada erupsi 2010, Bromo mengeluarkan material abu vulkanik hitam. Sesekali juga melontarkan bom vulkanik atau material pijar dari kawah utamanya," kata Digdoyo sambil menambahkan erupsi berlangsung hingga beberapa bulan kemudian. "Erupsi serupa berulang pada 2015," katanya.
Digdoyo yang karib disapa Yoyo mengatakan masyarakat setempat menganggap Bromo dalam kondisi 'biasa-biasa saja'. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) sendiri menyematkan status Waspada, Level II.
Status itu dipastikan tak berubah meski rekaman seismograf Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Bromo merekam aktivitas tremor menerus pada Sabtu, 16 Januari 2021. Teramati asap kawah utama putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50-300 meter dari puncak.
Lanskap lautan pasir Gunung Bromo dan Gunung Batok yang terlihat dari Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Cuaca mendung dan berawan. TEMPO | Abdi Purmono
Tercium pula bau belerang ringan di Pos PGA Bromo yang berlokasi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Masyarakat di sekitar Bromo, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.
Yang pasti, dilarang ada yang memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif.
Gunung Bromo memiliki tipikal erupsi yang tidak menerus. Erupsi terakhir terjadi pada 19 Juli 2019 dengan tinggi kolom erupsi tidak teramati. VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit pada 28 Desember 2020, pukul 05:50:00 WIB. Saat itu abu vulkanik teramati dengan ketinggian 2.829 meter di atas permukaan laut atau sekitar 500 meter di atas puncak.