Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status aktivitas Gunung Dieng di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dari Normal menjadi Waspada. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan status baru itu disusul larangan bagi pengunjung dan wisatawan agar tidak memasuki area dalam radius 500 meter dari pusat Kawah Sileri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Terhitung dari 19 Desember 2024 pukul 18:00 WIB,” kata Wafid, dalam keterangan resmi pada Kamis, 19 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imbauan Wafid bukan hanya untuk kawah yang sangat aktif seperti Kawah Sileri. Pengunjung dan wisatawan juga diminta menjauhi Kawah Timbang karena adanya risiko gas CO2 beracun. Beberapa kawah lainnya juga dianggap berbahaya, terutama bila Gunung Dieng mengalami erupsi freatik. Jenis letusan tersebut memiliki konsentrasi gas tinggi yang berbahaya.
Pada Rabu siang, 18 Desember 2024, Badan Geologi mencatat erupsi freatik di Kawah Sileri Gunung Dieng. Letusan itu sulit diamati secara keseluruhan karena hujan dan kabut, namun tim sempat melihat kolom abu setinggi 10 meter dengan asap berwarna putih. Pasca-kejadian, tim sempat merekam satu gempa vulkanik dangkal dan satu kali gempa vulkanik dalam.
“Yang berasosiasi dengan adanya retakan batuan dalam tubuh gunung api (Dieng). Diperkirakan akibat adanya tekanan fluida,” tutur Wafid.
Temperatur Kawah Sileri tidak mengalami peningkatan. Air di kawah, kata dia, tampak jernih dengan warna kehijauan, kelabu muda, hingga kelabu kehitaman. Volume air Kawah Sileri berkurang, banyak sedimentasi lumpur di sekitar bibir kawah.
Tim juga mencium bau gas belerang yang tajam. Konsentrasi gas beracun paling tinggi terdeteksi di Kawah Timbang, Kawah Sinila, dan Kawah Sikendang. Dari hasil peninjauan, gas CO2 di Kawah Timbang masih di dalam kawah, artinya belum mengalir ke luar.
Badan Geologi kini mewaspadai potensi semburan lumpur susulan di Kawah Sileri dan di beberapa kawah Gunung Dieng. Tim mengkhawatirkan erupsi freatik terjadi tanpa tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik. Frekuensi hujan yang tinggi juga bisa meningkatkan fasa uap dalam sistem hidrotermal, berpotensi meningkatkan konsentrasi gas-gas vulkanik beracun terutama CO2, SO2, dan H2S.
“Bahaya erupsi freatik juga berpotensi terjadi di Kawah Siglagah, Kawah Pagerkandang, dan Kawah Candradimuka,” kata Wafid.
Pilihan Editor: BMKG Prediksi La Nina Aktif Hingga April 2025, Curah Hujan Jawa Barat Bakal Melambung Akhir 2024